07 Maret 2009

TANAMAN

NAMA ILMIAH TANAMAN OBAT-OBATAN :

  1. Kunir / Kunyit : Curcuma Domestica Val
  2. Petai Cina : Leucaena Leucocephala
  3. Merica / Lada : Piper Ningrum L
  4. Sirih : Piper Betle L
  5. Gambir : Uncaria Gambir Roxb
  6. Pinang : Areca Catechu Linn
  7. Jintan Hitam : Nigella Sativa Linn
  8. Delima : Punica Granaticum Linn
  9. Nangka : Artacarpus Integra, Merr
  10. Kelapa : Cocos Nuc Fera Linn
  11. Salak : Salacca Edulis Reinw
  12. Pisang Batu / Biji / Klutuk : Musa Paradisiaca L
  13. Nanas : Ananas Comosus L Merr
  14. Aren : Arenga Pinnata, Merr
  15. Bawang Merah : Allium Sativum Linn
  16. Pulosari : Alyxia Stellata
  17. Merica Hitam : Piper Ningrum
  18. Jeruk Nipis : CitrusAurantifolia, Swingle
  19. Jeruk Purut : Citrus HystrixDC
  20. Kemangi : Ocimum Basillicum Ferrina Citratum
  21. Pandanwangi : Pandanus Amaryllifolius, Roxb
  22. Jahe : Zingiber Officinale
  23. Laos : Alpinia Galanga Sw
  24. Kates : Carica Papaya Linn
  25. Beras : Oryza Sativa
  26. Kencur : Kaempferia Galangan
  27. Cemara : Casuarina Equisetifolia
  28. Pala : Myristica Fragrant Houtt
  29. Kucai: Allium Odorum
  30. Jarak : Ricinus Communis Linn
  31. Cabe Rawit / Lombok : Capsicum Frutescent
  32. Asam : Tamarindus Indica Linn
  33. Kumis Kucing / Remujung : Orthosiphon Grandiflorus
  34. Pegagan/Antanan/Kaki kuda : Centella Asiatica Urban
  35. Sembung : Blumea Balsafera DC
  36. Randu : Ceiba Pentanda, Gaertn
  37. Mengkudu / Pace : Morinda Citrifolia, linn
  38. Ketumbar : Coriandrum Sativum, Linn
  39. Kemiri : Aleurites Molluccana, Wild
  40. Wijen : Sesamun Orientale, Linn
  41. Kunci / Temu Kunci : Gastrochilus Panduratum, Ridl
  42. Jenitri : Elaeocarpus Ganitrus, Roxb
  43. Kayu Rapet : Parameria Barbata, Schum
  44. Kayu Timor / Pasolder : Grewia Salutaris
  45. Kuweni / Kweni : Mangifera Odorata, Griff
  46. Temu Hitam / Ireng : Curcuma Aeruginosa Roxb
  47. Seledri : Apium Graveoleas, Linn
  48. Sambiloto : Andrographis Paniculata, Nees
  49. Bratawali / Butrowali : Tinospora Crispa
  50. Kemukus : Piper Cubeba, Linn
  51. Alang-alang : Imperata Spec Div
  52. Seruni : Chrysanthemum Indicum Hort
  53. Jambu Biji : Psidium Guajava L
  54. Ketepeng Cina : Cassia Alata Linn
  55. Beluntas : Plucea Indica, Less
  56. Tapk Liman : Elepantopus Scaber Linn
  57. Kedawung : Parkia Biglobosa Bent
  58. Pepaya : Carica Papaya L
  59. Dringo : Acorus Calamus L
  60. Kunci / Pepet : Kaempferia Angustifolia Roscoe
  61. Lempuyang : Zingiber Aromaticum Vall
  62. Bangle : Zingiber Cassamunar Roxb
  63. Mesoyi Cinnamomum Verum JS Presl
  64. Kembang Sepatu : Hibiscus Rosa Sinensis L
  65. Daun Meniran : Phylanthus Niruri
  66. Dadap : Srep Erythrina Lithosperma Miq
  67. Temu Giring : Curcuma Heyneana Val & V
  68. Secang : Caesalpinia Sappan L
  69. Kayu Manis : CinnamomumBurraanni
  70. Jungrahab : Baeckeae Frutescens L
  71. Bambu Apus : Gigantochloa Apus
  72. Pala : Myristica Fragrans Houtt
  73. Cabe : Piper Retrofractum Vahl
  74. Kenanga : Canangium Odoratum
  75. Tanjung : Mimusops Elengi L
  76. Lidah Buaya : Aloe Vera
  77. Kemuning : Muraya Paniculata ( L ) Jack
Semoga nama-nama ilmiah tanaman yang tumbuh di negara kita Indonesia ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Jahe

jahe

Jahe, lebih dari sekedar bumbu dapur, karena terbukti manjur mengusir berbagai penyakit. Bahkan NASA, pernah tertarik meneliti khasiat jahe untuk mengatasi mabuk para awaknya.

Tidak ada yang tahu persis asal mulanya tanaman jahe alias zingiber officinale telah dikenal sebagai bumbu dapur yang berkhasiat obat sejak ratusan tahun yang lalu. Di cina, jahe kering telah dipakai sebagai bahan baku obat oleh seorang tabib yang hidup pada zaman kaisar Shen Nong, yang hidup 2000 tahun sebelum masehi. Di cina juga di temukan dua buku kedokteran yang pertama kali membahas khasiat jahe segar pada tahun 500 masehi. Selain di negeri tirai bamboo, yang dikabarkan telah mengenal jahe 2000 tahun sebelum masehi adalah india.

Negara-negara barat juga banyak yang memanfaatkan jahe sebagai obat traditional. Setidaknya itu dibuktikan dengan bahasan khasiat tanaman jahe yang tertulis pada buku kedokteran anglo saxon yang terbit pada abad ke 11. Dua abad kemudian, jahe merupakan bumbu dapur yang sangat popular di inggris, setelah lada hitam. Harga bumbu dapur ini juga ketika itu selangit, untuk memperoleh 1 pon ( setengah kilogram) jahe, harus mengeluarkan uang yang nilainya setara sengan seharga seekoor domba.

SEJARAH PENGOBATAN

Di cina, jahe segar di anggap berbeda dengan jahe kering. Bahkan ada seorang ahli tumbuhan kuno yang mengira jahe berasal dari dua tanaman yang berbeda. Ahli pengobatan sering memakai jahe segar untuk mengusir ‘hawa dingin’ atau ‘ racun’ dan mengurangi rasa mual. Sementara jahe kering di pakai untuk menyembuhkan kekurangan ‘hawa dingin’ pada nyeri lambung , nyeri perut, diare, batuk dan rematik.

Di india jahe segar juga dimanfaatkan untuk mengobati mual, asma , batuk dan rasa nyeri yang hebat dan mendadak, juga dipakai untuk mengatasi jantung berdebar-debar, gangguuan pencernaan, nafsu makan menurun dan rematik bahkan , pada abad ke 19, sari jahe menjadi obat asma dan batuk yang popular di india. Untuk obat batuk, sari jahe di campur jus bawang putih segar dan madu, sedangkan untuk meredakan mual, jahe segar ditambah sedikit madu dan sejumput bulu burung merak bakar. Bubuk jahe segar juga bisa di campur air, kemudian di aduk hingga berbentuk pasta dan dioleskan di pelipis untuk meredakan sakit kepala.

Kebanyakan orang eropa minum teh jahe untuk mengatasi gangguan pencernaan. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa minum dua atau tiga cangkir penuh the jahe dapat mengurangi gejala gout (penyakit radang sendi akibat kelebihan asam urat), perut kembung atau gangguan pencernaan (akibat terlalu banyak minum minuman keras ). Selain itu jahe juga memiliki khasiat memperlancar peredaran darah.

PENELITIAN TERBARU

Peneliti-penelit modern ternyata member dukungan terhadap penggunaan ‘ramuan tradisional’ jahe ini. Dari hasil penelitian, ekstrak jahe, baik dari jahe segar maupun jahe kering, berkhasiat dalam mengatasi infeksi bakteri, infeksi jamur, kejang, nyeri, luka serta gangguan lambung, tumor, kram dan reaksi alergi. Ekstrak jahe yang di teliti adalah sesuai standard gingerol, yaitu ekstrak yang tidak kehilangan rasa dan aroma jahe yang tajam.

Penelitian terhadap binatang percobaan tikus yang di lakukan di cina dan Negara – Negara barat, menunjukan bahwa jahe segar ampuh untuk meredakan nyeri dan infeksi. Percobaan in vitro (laboratorium) memperlihatkan bahwa jahe menghambat oksidasi (= bersifat antioksidan) sehingga dapat mengurangi resiko penyakit kanker, dan juga menghambat pertumbuhan dari kuman.

Jahe juga bermanfaat untuk sirkulasi darah. Tumbuhan rimpang ini memiliki khasiat antikoagulan ( anti pembekuan darah) yang lebih hebat dari pada bawang putih atau bawang merah. Jahe juga mampu menurunkan kadar kolesterol karena bisa mengurangi penyerapan kolesterol dalam darah dan hati. Penelitian yang dilakukan oleh ahli-ahli di jepang memperlihatkan bahwa jahe dapat menurunkan tekanan darah dengan jalan mengurangi laju aliran darah perifer (aliran drah tepi).

Para ahli juga ada yang mencoba jahe untuk mengobati migren. Pengujian ini di dorong terapi ayurveda untuk mengobati gangguan pada sistem saraf. Khasiat jahe sebagai obat migren ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Pada umumnya penelitian jahe diutamakan untuk mengetahui efeknya terhadap pencernaan. Di negeri cina, hasil penelitian yang dilakukan terhdap manusia menunjukan bahwa minuman yang terbuat dari jahe segar dapat menurunkan sekresi asam lambung selama beberapa jam. Kemudian meningkat kembali setelah beberapa lama. Penelitian lainnya menyatakan bahwa akar jahe kering aakan memperkuat lambung, usus halus dan mencegah muntah.

Penelitian terbaru menunjukan ekstrak aseton dan methanol yang berasal dari jahe memiliki efek yang kuat untuk menghambat terjadinya tukakl ( luka) pada lambung. Penelitian lainnya menunjukan bahwa gingerol mampu mengatasi afek toksisitas (keracunan) pada hati dengan jalan meningkatkan asam empedu.

Orang yang mabuk dalam perjalanan itu bisa berupa rasa mual dan lebih lanjut dapat berakibat muntah. Oleh karena itu untuk mengatasinya mungkin sebaiknya membuat obat anti muntah. Bukan hanya anti mabuk. Salah satu obat yang aman dikonsumsi adalah jahe. Jahe dikenal berkhasiat mengobati beberapa penyakit, juga mujarab untuk obat antimabuk. Cara mengkonsuminya bagaimana?

Salah satu alternative obat yang aman untuk dikonsumsi dan hampir tidak ada efek sampingnya, bahkan mudah didapat, dapat diolah, serta mudah dikenal, tidak lain adalah tanaman jahe.

Adalah mowrey dan clayson yang menyatakan bahwa serbuk jahe dapat mencegah mabuk darat, sedangkan grontved membuktikan bahwa serbuk jahe dapat mencegah mabuk laut.

Ada tradisi sebagai pencegah mabuk, jahe dikunyah begitu saja oleh para pelaut cina jaman dulu saat akan naik perahu. Namun di inggris jahe dengan berat 0.5gram dalam kapsul dipatenkan sebagai obat antimabuk yang ditelan setengah jam sebelum pergi. Serbuk itu diambil dari umbi akar jahe.

Jahe mengandung minyak asiri, gingerol, zingiberen, feladren, kamfen, sitral, dan sinetol. Bila jahe diminum orang akan merasakan panas diperut. Rasa panas itu dihasilkan dari pecahan molekul gingerol yang pedas dan berantai karbon panjang, menjadi zingiberon pecahan dari gingerol, bukan gingerol-nya sendiri.

Untuk membuktikan bahwa jahe merupakan obat antimabuk, para ahli pernah mencoba merpati yang diberi larutan perangsan muntah kuprisulfat. Setelah diberi perasan jahe segar 10 – 50 % merpati tersebut tidak jadi muntah, malah kelihatannya lebih segar dari sebelumnya. Mekanisme atau cara kerja jahe sebagai obat antimabuk, terlihat dari akibat khasiat katminatifnya yaitu pengosongan lambung yang dipercepat, sehingga isi dari lambung cepat turun ke usus. Dan ini menurunkan efek mual dan muntah.

Kebanyakan sekarang obat memiliki sejumlah efek samping dan dosis yang cukup yang cukup tinggi. Namun, jahe hanya berefek rasa panas pada lambung yang dapat merangsang pendarahan pada penderita wasir. Untuk mengurangi efek tersebut, cara meminumnya harus dicampur dengan kopi, susu, dan madu. Ini sekedar untuk mengurangi rasa panas yang terdapat pada jahe.

Belimbing Wuluh Meskipun rasanya masam, belimbing wuluh ampuh mengatasi berbagai penyakit ringan dan penyakit degenerative serta bisa digunakan sebagai obat luar. Kebanyak orang mengenal belimbing wuluh hanya sebagai tanaman pekarangan. Padahal, tanaman tropis ini juga dapat digunakan untuk mengobati beragam penyakit

Melihat sosoknya tanaman ini kurang menarik. Namun dibalik sosoknya yang kurang menonjol, belimbing wuluh merupakan tanaman yang berkhasiat untuk mengatasi batuk, rematik, hingga tekanan darah tinggi. Selama ini orang mengambil manfaat belimbing wuluh hanya sebagai sirup, manisan, atau bumbu masak. Padahal secara tradisional tanaman ini banyak dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai penyakit seperti batuk, diabetes, rematik, gondongan, sariawan, sakit gigi, gusi berdarah, sampai tekanan darah tinggi.

Bagian yang biasa digunakan adalah buah, batang, daun, dan bunganya. Keempat bagian tersebut banyak mengandung senyawa yang berkasiat. Diantaranya adalah saponin, tannin, glukosida, hingga kalsium. Salah satu yang paling dikenal orang belimbing wuluh sebagai obat sariawan. Konon rasanya yang masam mengandung vitamin C yang tinggi, caranya dengan mengunyah atau ditempelkan pada bagian yang sariawan.

Khasiat lain adalah sebagai obat asma atau sesak nafas. Cukup dengan merebus bunga belimbing wuluh dengan air dan gula batu. Lalu diminum sehari 2 – 3 kali setiap hari, sampai asma dan alerginya sembuh. Belimbing wuluh juga mampu mengobati batuk kering, kandungan kaliumnya mampu melancarkan dahak dan menurunkan panas..

Anda mengidap gangguan tekanan darah tinggi..? atasi juga dengan belimbing wuluh, rebus 3 buah belimbing wuluh yang diiris dengan 3 gelas air sampai tinggal setengahnya. Kemudian saring dan minum dipagi hari.

Mentimun Mentimun ternyata memiliki beragam khasiat. Biji mentimun memiliki racun alkaloid jenis hipoxanti untuk mengobati anak-anak yang menderita cacingan. Selain itu mentimun dapat digunakan untuk mengobati penyakit disentri. Kandungan yang terdapat pada mentimun antara lain 0.65% protein, 0.1% lemak dan karbohidrat sebanyak 2.2%, kalsium, zat besi, magnesium, fosforus, vitamin A, B1, B2, dan C.

Apabila anda menderita sakit pada tenggorokan yang menyebabkan sulit bicara (batuk) dapat dirawat dengan biji mentimun. Caranya sedikit biji mentimun dicampurkan dengan sedikit garam dan dikumur beberapa hari sekali. Pengobatan ini dipercaya dapat mengembalikan suara yang hilang akibat sakit tersebut.

Penyakit pening-pening yang berakibat menurunkan berat badan dapat diatasi dengan mengkonsumsi mentimun mentah atau yang telah dimasak. Selain itu, mentimun juga dapat mengobati penyakit disentri.

Bersihkan ginjal

Selain mampu menurunkan demam, mencegah sariawan, menurunkan tekanan darah tinggi, tanaman merambat ini juga mampu membersihkan ginjal.

1. tekanan darah tinggi – parut buah mentimun dan peras airnya kemudian diminum 2 – 3 kali sehari.

2. sariawan – setiap hari makan buah ketimun sebanyak 9 buah lakukan secara rutin

3. Membersihkan ginjal – parut buah mentimun dan peras airnya kemudian diminum sedikit demi sedikit sampai lambung terbiasa menerima cairan mentimun.

4. Demam – parut mentimun dan letakan hasil parutan diatas perut

5. Jerawat – cuci dan iris kecil kecil buah mentimun kemudia letakkan diatas jerawat.

lemon cui

MESKI berukuran kecil, buah ini memiliki manfaat yang tidak ”mungil”. Industri farmasi, kosmetik, sampai rumah tangga membutuhkannya. Sayang, ia sangat jarang menampakkan diri di pasaran. Pada umumnya, lemon-lemon — seperti sitrun, rough lemon, lemon hitam atau lemon madura — memang berukuran mini. Sementara bagi para aktivis dapur yang biasa mengolah sajian ikan, lemon cui bukanlah barang asing. Pasalnya, selain berfungsi mengusir bau amis, jeruk mungil ini juga bisa memberi aroma penggugah selera makan.

Seperti jeruk pada umumnya, lemon cui kaya akan vitamin C dan kalsium. Istimewanya, pohon lemon ini begitu produktif dan mampu berbuah sepanjang musim. Ia berbentuk bulat kecil, seukuran jeruk nipis dengan cita rasa sangat asam. Ketika masih muda berwarna hijau gelap. Setelah tua, kulit buah jadi lebih halus dan lunak menyerupai jeruk siam medan berukuran mini, sedangkan warnanya menjelma jadi kekuning-kuningan. Daging buah berair banyak dengan keharuman cukup tajam dan tahan lama. Karena aromanya itulah, orang Madura kerap mengolah lemon cui jadi pengharum ruangan tradisional.

Perasan jeruk kecil ini juga bisa dimanfaatkan untuk campuran air ketika mencuci rambut. Hasilnya? Rambut lebih licin berkilat dan tidak kusam. Selebihnya, seperti jeruk nipis, bila perasannya dicampur sesendok kecap, mampu mengusir batuk dengan cepat.

Batang lemon cui bercabang dan beranting banyak. Jika dibiarkan tumbuh lepas, cabang dan rantingnya akan menjulang tidak beraturan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemangkasan. Batangnya yang berwarna gelap sama sekali tidak berduri, sedangkan daunnya yang cenderung menghadap ke atas berukuran 2-3 cm dan lebar 1-2 cm. Warna hijau tua dengan bentuk membulat.

Selain berguna untuk pengolahan sajian yang terbuat dari ikan, lemon cui juga bisa diolah jadi minuman jeruk segar atau lemon tea. Ia sangat pas untuk mengusir rasa dahaga sekaligus penyegar tubuh yang kelelahan.

Kalau begitu, mengapa kita tak mencoba menanamnya sendiri? Tumbuhan ini sangat manis dijadikan tabulampot (tanaman buah dalam pot). Ketika berbuah lebat, penampilannya benar-benar tidak mengecewakan.

Persiapan tanam

Bibit lemon cui dapat diperoleh dari penangkar bibit buah-buahan. Bibit tersebut bisa berasal dari perbanyakan vegetatif, entah okulasi, cangkokan, maupun sambungan. Ukuran pot harus disesuaikan dengan besar kecilnya tanaman.

Media tanam yang digunakan adalah tanah kebun yang subur. Bisa juga campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang (1:1:1). Sebelum menanam bibit, tutuplah lubang dasar pot dengan pecahan genteng, lantas lapisi atasnya dengan kerikil dan pasir secukupnya. Kemudian masukan media tanam tadi dengan volume sepertiga saja.

Kemudian, pangkaslah sebagian akar bibit lemon cui. Jangan sampai ada akar tunggang yang terlalu panjang. Letakkan bibit di tengah-tengah pot, kemudian isi media tanam lagi. Siramlah dengan sedikit air agar tanah memadat.

Tabulampot lemon cui membutuhkan sinar matahari. Kebutuhan penyinarannya setiap hari sekira lima jam. Oleh karena itu, letakkan tabulampot pada posisi yang tidak terlalu teduh lalu lakukan penyiraman secara teratur.

Jika tabulampot lemon cui sudah berumur 3-4 tahun, sebaiknya lakukan repotting. Caranya, pangkas lebih dulu cabang tanaman sebanyak sepertiganya. Biarkan tanah mengering selama 2-3 hari, tanpa melakukan penyiraman. Angkat tanaman dan buang sebagian tanahnya. Jangan lupa, siapkan pot baru yang ukurannya lebih besar dan — tentu saja — media tanam baru. Isi pot dengan tanah pengganti, lalu tanamkan lemon cui sekali lagi.

Agar tumbuhan mungil ini mampu berbuah produktif, lakukan pemupukan setiap empat bulan sekali. Pada umur empat bulan pertama, taburkan NPK sebanyak 25 gram per tanaman. Lantas, sesuai dengan bertambahnya umur tanaman, dosis pupuknya bertambah jadi 50 gram, 100 gram, 400 gram, dan seterusnya.

Selain pemupukan, lakukan pula pemangkasan. Di samping untuk meningkatkan produktivitas buah, pemangkasan juga dimaksudkan untuk mempercantik penampilan. Idealnya, proporsi perbatangan tabulampot lemon cui adalah 1, 3, dan 9 yang akan menghasilkan 27 cabang atau ranting tersier. Artinya, satu batang pokok setinggi 50-100 cm hanya memiliki tiga cabang primer yang posisinya berimbang (panjang cabang primer 30-50 cm) dan sembilan cabang sekunder. Dengan demikian, cabang atau ranting lainnya dibuang saja. Pembuahan akan terjadi pada ranting-ranting tersier.

Hama ulat

Lemon cui jarang terkena penyakit dan nyaris bebas hama. Kalaupun ada, satu-satunya pengganggu hanyalah ulat papilio. Binatang lunak ini menyerang daun muda dan tunas yang sudah berdaun. Sangat menjengkelkan jika dibiarkan begitu saja, tingkat serangan si ulat bisa menghebat dan hanya menyisakan kerangka tulang daun. Akibatnya, tanaman jadi gundul total dan akhirnya mati.

Ketika masih muda, ulat ini berwarna cokelat. Ia berubah wujud jadi hijau bergaris putih, saat dewasa dengan panjang 50-60 mm. Untuk pengendaliannya, penanam perlu mengamati kondisi tabulampot ini secara teratur. Jika menemukan 1-2 ulat papilio, bisa langsung dihabisi. Namun, kalau jumlahnya banyak dan serangan tergolong akut, bisa dibasmi dengan insektisida. Akan tetapi, sebaiknya tetap waspada saat melakukan penyemprotan, jangan sampai terkena buahnya.

Dau jambu biji DAUN jambu biji tua ternyata mengandung berbagai macam komponen yang berkhasiat untuk mengatasi penyakit demam berdarah dengue (DBD). Kelompok senyawa tanin dan flavonoid yang dinyatakan sebagai quersetin dalam ekstrak daun jambu biji dapat menghambat aktivitas enzim reverse trancriptase yang berarti menghambat pertumbuhan virus berinti RNA.

Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, yang sejak 2003 meneliti ekstrak daun jambu biji untuk pengobatan DBD. Pada tahap awal penelitian dimulai dengan pengujian preklinik. Hasil penelitian dipaparkan oleh Kepala Badan POM Drs Sampurno MBA di Jakarta, Rabu (10/3).

Ide penelitian berasal dari Badan POM dan mereka menunjuk Dr Drs Suprapto Ma’at MS. apoteker dari Patologi FK Unair untuk meneliti daun jambu biji.

Seperti diketahui, DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dengan angka kematian dan kesakitan yang cukup tinggi. Sampai saat ini pengobatan DBD masih bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler.

Pada tahap awal dilakukan penelitian preklinik di FK Unair yang menggunakan hewan model mencit dengan pemberian oral ekstrak daun jambu biji terbukti dapat menurunkan permeabilitas pembuluh darah. Pada penelitian tersebut dilaporkan juga bahwa ekstrak daun jambu biji terbukti dapat meningkatkan jumlah sel hemopoetik terutama megakriosit pada preparat dan kultur sumsum tulang mencit. Pada uji keamanan (toksisitas) ekstrak daun jambu biji termasuk zat yang praktis tidak toksik.

Hambat virus dengue

Daun jambu biji memang mengandung berbagai macam komponen. Berkaitan dengan itu telah dilakukan uji invitro ekstrak daun jambu biji di mana ekstrak tersebut terbukti dapat menghambat pertumbuhan virus dengue. Kelak setelah dilakukan penelitian lebih lanjut diharapkan ekstrak daun jambu biji dapat digunakan sebagai obat anti virus dengue.

Juga telah dilakukan uji awal berupa penelitian open label di beberapa rumah sakit di Jawa Timur (RS Jombang dan RS Petrokimia Gresik) pada penderita DBD dewasa dan anak-anak.

“Hasil penelitian dibagi-bagikan ke RS Jombang dalam bentuk 30 kapsul dan 30 sirup, lalu RS Petrokimia Gresik 20 kapsul dan 20 sirup. Ada yang sukarela mau mencoba,” kata Suprapto.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun jambu biji dapat mempercepat peningkatan jumlah trombosit tanpa disertai efek samping yang berarti, misalnya sembelit. Penelitian open label ini masih perlu dilanjutkan dengan uji klinik untuk membuktikan khasiat dengan evidence based yang lebih kuat.

Pengamatan lain yang sedang dikerjakan dalam penelitian ini adalah pengaruh pemberian ekstrak daun jambu biji terhadap sekresi GM-CSF dan IL-11 untuk mengetahui mekanisme kerjanya pada trombopoiesis. Juga terhadap aktivitas sistem komplemen dan sekresi TNF-Alfa olehmonosit dalam hubungannya dengan mekanisme penurunan permeabilitas pembuluh darah.

Pada tahun 2004 akan dilakukan uji klinik di RSUD Dr Soetomo Surabaya/FK Unair, yang akan dipimpin oleh Prof Dr dr Sugeng Sugijanto DSA yang dibantu dr M Nasirudin dengan Dr Ugrasena untuk pasien DBD anak dan Prof dr Edy Soewandojo SpPD untuk pasien DBD dewasa.

Badan POM dalam waktu dekat juga akan melakukan kajian-kajian intensif dengan para pakar untuk mendukung tata laksana yang sekarang ini ada. Sampurno optimis karena daun jambu biji bahan bakunya sangat mudah diperoleh dan proses teknologinya sederhana. Khasiat jambu biji

Jambu biji

Penyakit Yang Dapat Diobati : Diabetes melitus, Maag, Diare (sakit perut), Masuk angin, Beser; Prolapsisani, Sariawan, Sakit Kulit, Luka baru;

Pemanfaatan :

1. Diabetes Mellitus Bahan: 1 buah jambu biji setengah masak Cara membuat: buah jambu biji dibelah menjadi empat bagian dan direbus dengan 1 liter air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya. Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari, pagi dan sore

2. Maag Bahan: 8 lembar daun jambu biji yang masih segar. Cara membuat: direbus dengan 1,5 liter air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya. Cara menggunakan: diminum 3 kali sehari, pagi, siang dan sore.

3. Sakit Perut (Diare dan Mencret) Bahan: 5 lembar daun jambu biji, 1 potong akar, kulit dan batangnya Cara membuat: direbus dengan 1,5 liter air sampai mendidih kemudian disaring untuk diambil airnya Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari pagi dan sore.

4. Sakit Perut atau Diare pada bayi yang masih menyusui Bahan: jambu biji yang masih muda dan garam secukupnya. Cara menggunakan: dikunyah oleh ibu yang menyusui bayi tersebut, airnya ditelan dan ampasnya dibuang.

5. Masuk Angin Bahan: 10 lembar daun jambu biji yang masih muda, 1 butir cabai merah, 3 mata buah asam, 1 potong gula kelapa, garam secukupnya Cara membuat: semua bahan tersebut direbus bersama dengan 1 liter air sampai mendidih kemudian disaring untuk diambil airnya. Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari.

6. Beser (sering kencing) berlebihan Bahan: 1 genggam daun jambu biji yang masih muda, 3 sendok bubuk beras yang digoreng tanpa minyak (sangan = Jawa). Cara membuat: kedua bahan tersebut direbus bersama dengan 2,5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas kemudian disaring. Cara menggunakan: diminum tiap 3 jam sekali 3 sendok makan.

7. Prolapsisani Bahan: 1 genggam daun jambu biji, 1 potong kulit batang jambu biji. Cara membuat: direbus bersama dengan 2 gelas air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya. Cara menggunakan: air ramuan tersebut dalam keadaan masih hangat dipakai untuk mengompres selaput lendir poros usus (pusar) pada bayi.

8. Sariawan Bahan: 1 genggam daun jambu biji, 1 potong kulit batang jambu biji. Cara membuat: direbus bersama dengan 2 gelas air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya. Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari.

9. Sakit Kulit Bahan: 1 genggam daun jambu biji yang masih muda, 7 kuntum bunga jambu biji. Cara membuat: ditumbuk bersama-sama sampai halus Cara menggunakan: untuk menggosok bagian kulit yang sakit.

10. Obat luka baru Bahan: 3 pucuk daun jambu biji. Cara membuat: dikunyah sampai lembut Cara menggunakan: ditempelkan pada bagian tubuh yang luka agar tidak mengelurkan darah terus menerus.

Komposisi : KANDUNGAN KIMIA : Buah, daun dan kulit batang pohon jambu biji mengandung tanin, sedang pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun jambu biji juga mengandung zat lain kecuali tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin. Kandungan buah jambu biji (100 gr) - Kalori 49 kal - Vitamin A 25 SI - Vitamin B1 0,02 mg - Vitamin C 87 mg - Kalsium 14 mg - Hidrat Arang 12,2 gram - Fosfor 28 mg - Besi 1,1 mg - Protein 0,9 mg - Lemak 0,3 gram - Air 86 gram.

Tanaman industri Selain tanaman pangan, Indonesia juga kaya akan tanaman industri dan holtikultura. Tanaman tersebut merupakan salah satu kekayaan alam yang tak ternilai yang bermanfaat untuk konsumsi dalam dan luar negeri.

Tanaman industri adalah komoditas untuk memajukan perekonomian negara serta sebagai penghasil devisa dengan mengekspornya ke negara lainnya.

Tanaman industri tersebar di berbagai dataran di Indonesia dari ujung nusantara ke ujung lainnya. Sayangnya karena nilai tanaman ini sangat tinggi, terkadang harus mengorbankan keseimbangan alam. Contohnya untuk membuka lahan kelapa sawit banyak warga yang mengorbankan hutan tropis. Ketidakseimbangan alam tersebut mengakibatkan banyak bencana alam yang akhir-akhir ini marak terjadi.

Kerusakan hutan menjadi hal yang sangat biasa terjadi dan tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah. Hal ini tidak seharusnya terjadi dan perlu penanganan lebih lanjut. Beberapa tanaman industri diantaranya adalah Kelapa Sawit, Kopi, Tembakau, Cengkeh, Coklat, Tebu,dll.

Tanaman parasit Dalam merawat tanaman jenis apapun, hendaknya perlu diperhatikan pemeliharaannya. Selain pemberian pupuk dan penyiraman regular, perawat tanaman hendaknya perlu memperhatikan timbulnya tanaman pengganggu yang lazim disebut tanaman parasit.

Tanaman parasit dapat mengganggu pertumbuhan tanaman induk karena tanaman parasit menyerap mineral dan zat-zat yang dibutuhkan oleh tanaman induk untuk dirinya sendiri yang kemudian menyebabkan tanaman induk tidak mendapatkan zat-zat penting tersebut. Bila dibiarkan maka dapat membinasakan tanaman induk.

Tanaman parasit berasal dari benih yang terbawa oleh binatang seperti burung, serangga atau binatang lainnya serta angin. Tanaman yang termasuk tanaman parasit adalah benalu, jamur, gulma dan lain-lain. Biasanya tumbuh di sekitar atau di tubuh tanaman induk. Tanaman-tanaman tersebut dapat dibasmi dengan menggunakan pestisida sedangkan untuk serangga yang mengganggu pertumbuhan tanaman induk dapat menggunakan insektisida.

Namun perlu diperhatikan bahwa penggunaan pestisida harus secukupnya karena juga dapat meracuni tumbuhan induk. Untuk tanaman pangan penggunaan pestisida yang berlebihan juga tidak baik dan dapat menempel pada tanaman tersebut dan bila tidak dicuci dengan benar dan bersih, pestisida tersebut masih menempel di makanan dan masuk ke dalam tubuh. Pestisida yang tidak sengaja dikonsumsi dapat menjadi racun bagi tubuh. Dan bila tertahan cukup banyak dapat menyebabkan kanker dan penyakit mematikan lainnya.

Jadi, sebaiknya cuci sayur mayur dan buah hingga benar-benar bersih dan perhatikan cara memasak yang benar supaya pestisida yang tertempel di permukaan bahan makanan tersebut dapat benar-benar hilang. Alternatif lainnya adalah dengan mengkonsumsi makanan organik ynag tidak menggunakan pestisida.

Tanaman organik menggunakan pembunuh tanaman parasit yang alami dan pupuk organik yang alami dan tidak berbahaya. Bahan makanan organic sebenarnya sangat disarankan namun saying harganya cukup mahal dan masih belum terjangkau oleh kebanyakan masyarakt Indonesia.

Tanaman hias Tanaman hias adalah tanaman yang dipergunakan sebagai dekorasi baik ruangan ataupun luar ruangan. Tanaman hias memiliki berbagai macam jenis mulai dari tanaman berbunga sampai tanaman yang berbentuk unik. Bentuk tanaman ini sangat beraneka ragam dan masing-masing tanaman memiliki daya tarik tersendiri untuk layak dikoleksi.

Tak hanya fashion, tanaman hias juga mengenal tren. Di saat tren sedang berlangsung harga tanaman hias bisa jadi sangat tinggi dan akan turun saat tren yang baru atau berikutnya berlangsung. Tak heran banyak pecinta tanaman yang beralih profesi untuk menjual tanaman koleksinya karena bisnis tanaman hias cukup menjanjikan.

Beberapa jenis tanaman hias yang popular di kalangan masyarakat Indonesia adalah :

  • Bonsai, Bonsai adalah contoh tanaman yang sempat sangat popular beberapa tahun yang lalu. Bonsai adalah tanaman yang dikerdilkan dan memiliki bentuk yang unik dengan beberapa bagian tanaman yang ditonjolkan. Image bonsai sangat elit dan tanaman ini merupakan tanaman favorit seniman dan kalangan atas.
  • Pakis monyet, Inilah tren tanaman hias terbaru yang berasal dari Tiongkok. Sekilas tanaman ini seperti akar serabut kelapa namun sebenarnya adalah tanaman serumpun dnegan pakis. Disebut pakis monyet karena memang bentuk tanaman ini mirip dengan seekor monyet yang sedang duduk di atas pot. Tanaman ini didatangkan dari Palembang. Sebelum daunnya tumbuh, tanaman ini memiliki batang yang menjulang yang mirip dengan ekor monyet.
  • Adenium, Adenium adalah jenis dari kamboja namun berukuran kecil dnegan warna bermacam-macam yang menarik yang sempat menjadi tren para kolektor tanaman. Perawatannya tidaklah susah dan dapat dengan mudah dikembangbiakkan melalui biji yang bila tumbuh nantinya biji tersbeut dapat menjadi bonggol yang menjadi daya tarik tanaman ini selain warnanya. Adenium dapat ditanam melalui media pasir yang dicampur dengan pupuk. Bila menanam letakkanlah di tempat dengan terik matahari yang cukup banyak supaya bunganya dapat keluar dengan lebih banyak. Warna bunga adenium dapat dikembangkan dengan cara stek.
  • Aglaonema, Sejenis talas dengan daun yang pendek dan tidak punya kambium. Di pasaran, harga Aglaonema dihitung berdasarkan. Aglaonema yang nilainya tinggi adalah tanaman yang memiliki warna daun berbeda.
  • Euphorbia, Euphorbia berbentuk seperti kaktus berduri dan memiliki daun. Tanaman ini tidak tahan air sehingga penyiraman harus dilakukan dengan jarang-jarang. Media tanamnya adalah pasir dan pupuk kandang.
  • Bunga-bungaan, Selain berbagai jenis tanaman di atas, jenis tanaman hias lainnya yang tidak tergantung dnegan tren adalah jenis bunga bungaan. Seperti yang kita tahu, berbagai jenis bunga yang dijual selalu laris tanpa mengenal waktu. Jenis jenis bunga tersebut juga memiliki tingkatan harga walaupun sejenis.
Berikut ini contoh-contoh tanaman hias :
gelombang cinta Anggrek Kamboja Kantung semar Dan masih banyak lagi jenis-jenis tanaman hias lainnya. Puring Sejak dahulu kita semua sudah mengenal jenis tanaman puring sebagai tanaman pagar atau tanaman yang suka ada di pemakaman , sejauh ini pula persepsi orang awam akan jenis tanaman ini hanyalah sebagai tanaman kuburan sehingga petani yang mau berbudi daya jenis tanaman ini selalu terbentur kendala pemasaran dan selama itu pula tanaman ini selalu dihargai murah dan hanya dijadikan sebagai pelengkap di kios-kios pedagang tanaman hias .

Penyebaran jenis tanaman ini sebenarnya sangat luas mulai dari India, asia tenggara , Australia , dan Negara tropis di amerika latin . Sudah tentu jenis yang ada pun sangat banyak .

Contoh-contoh tanaman Puring :

Anthurium

Anthurium termasuk tanaman dari keluarga Araceae. Tanaman berdaun indah ini masih berkerabat dengan sejumlah tanaman hias populer semacam aglaonema, philodendron,keladi hias, dan alokasia. Dalam keluarga araceae,anthurium adalah genus dengan jumlah jenis terbanyak. Diperkirakan ada sekitar 1000 jenis anggota marga anthurium.

Tanaman ini termasuk jenis tanaman evergreen atau tidak mengenal masa dormansi. Dialam, biasanya tanaman ini hidup secara epifit dengan menempel di batang pohon. Dapat juga hidup secara terestrial di dasar hutan.

Daya tarik utama dari anthurium adalah bentuk daunnya yang indah, unik, dan bervariasi. Daun umumnya berwarna hijau tua dengan urat dan tulang daun besar dan menonjol. Sehingga membuat sosok tanaman ini tampak kekar namun tetap memancarkan keanggunan tatkala dewasa. Tidak heran bila tanaman ini memiliki kesan mewah dan eksklusif. Dimasa lalu, anthurium banyak menjadi hiasan taman dan istana kerajaan-kerajaan di Jawa. Konon, dipuja sebagai tanaman para raja.

Secara umum anthurium dibedakan menjadi dua yaitu jenis anthurium daun dan jenis anthurium bunga. Anthurium daun memiliki daya pikat terutama dari bentuk-bentuk daunya yang istimewa. Sedangkan anthurium bunga lebih menonjolkan keragaman bunga baik hasil hibrid maupun spesies. Biasanya jenis anthurium bunga dijadikan untuk bunga potong.

Media tanam anthurium

Hampir semua tanaman hias memerlukan media yg gemur, pouros, subur, cukup mengadung, bahan organic, bebas dari hama, aerasi dan drainese yang baik, untuk menciptakan kondisi tersebut maka media tanam yang ideal adalah campuran bahan organik dan bahan anorganik.

Bahan organik dapat berupa cacahan pakis, kompos, humus, serutan kayu (tai gergaji), arang sekam, cocopeat, dll. Sedangkan bahan anorganik berupa tanah, pasir, pasir malang.

Komposisi media yang digunakan untuk setiap nursery pasti berbeda-beda tergantung dari kondisi iklim setempat, campuran media tanam yang dapat digunakan diantaranya :

  1. sekam bakar dan cacahan pakis dengan perbandingan 4 : 1 untuk pupuk bisa menggunakan dekastar atau osmokot atau bisa juga pupuk kandang yang telah di fermentasi.
  2. sekam bakar, andam ( kaliandra ) dan pupuk kadang yang telah steril dengan perbandingan 1:1:1.
  3. humus, pupuk kandang steril dan pasir malang yang telah diayak halus dengan perbandingan 5:5:2

untuk menjaga kelembaban media dan mengatur drainese yang baik maka pertama-tama pot diisi terlebih dahulu dengan pecahan bata merah, pecahan genting, Styrofoam, dice coco ( sabut kelapa yang dipotong dadu ), sampai ¼ pot setelah itu baru media tanamnya diisi hingga penuh.

Anggrek

Secara alami anggrek (Famili Orchidaceae) hidup epifit pada pohon dan ranting-ranting tanaman lain, namun dalam pertumbuhannya anggrek dapat ditumbuhkan dalam pot yang diisi media tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, seperti faktor lingkungan, antara lain sinar matahari, kelembaban dan temperatur serta pemeliharaan seperti : pemupukan, penyiraman serta pengendalian OPT.

Pada umumnya anggrek-anggrek yang dibudidayakan memerlukan temperatur 28 + 2° C dengan temperatur minimum 15° C. Anggrek tanah pada umumnya lebih tahan panas dari pada anggrek pot. Tetapi temperatur yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.

Kelembaban nisbi (RH) yang diperlukan untuk anggrek berkisar antara 60–85%. Fungsi kelembaban yang tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghindari penguapan yang terlalu tinggi. Pada malam hari kelembaban dijaga agar tidak terlalu tinggi, karena dapat mengakibatkan busuk akar pada tunas-tunas muda. Oleh karena itu diusahakan agar media dalam pot jangan terlampau basah. Sedangkan kelembaban yang sangat rendah pada siang hari dapat diatasi dengan cara pemberian semprotan kabut (mist) di sekitar tempat pertanaman dengan bantuan sprayer.

Berdasarakan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua tipe yaitu, simpodial dan monopodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Kecuali pada anggrek jenis Dendrobium sp. yang dapat mengeluarkan tangkai bunga baru di sisi-sisi batangnya. Contoh dari anggrek tipe simpodial antara lain : Dendrobium sp., Cattleya sp., Oncidium sp. dan Cymbidium sp. Anggrek tipe simpodial pada umumnya bersifat epifit.

Anggrek tipe monopodial adalah anggrek yang dicirikan oleh titik tumbuh yang terdapat di ujung batang, pertumbuhannnya lurus ke atas pada satu batang. Bunga ke luar dari sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodial antara lain : Vanda sp., Arachnis sp., Renanthera sp., Phalaenopsis sp., dan Aranthera sp.

Habitat tanaman anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :

  • Anggrek epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari, misalnya Cattleya sp. memerlukan cahaya +40%, Dendrobium sp. 50–60%, Phalaenopsis sp. + 30 %, dan Oncidium sp. 60 – 75 %.
  • Anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan Arachnis sp. Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari 70 – 100 %, dengan suhu siang berkisar antara 19 – 380C, dan malam hari 18–210C. Sedangkan untuk anggrek jenis Vanda sp. yang berdaun lebar memerlukan sedikit naungan.
  • Anggrek litofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan, dan tahan terhadap cahaya matahari penuh, misalnya Dendrobium phalaenopsis.
  • Anggrek saprofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya matahari.Persilangan ditujukan untuk mendapatkan varietas baru dengan warna dan bentuk yang menarik, mahkota bunga kompak dan bertekstur tebal sehingga dapat tahan lama sebagai bunga potong, jumlah kuntum banyak dan tidak ada kuntum bunga yang gugur dini akibat kelainan genetis serta produksi bunga tinggi. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, sebaiknya dan seharusnya pedoman persilangan perlu dikuasai, antara lain :
  • Persilangan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah penyiraman. Kuntum bunga dipilih yang masih segar atau setelah membuka penuh.
  • Sebagai induk betina dipilih yang mempunyai bunga yang kuat, tidak cepat layu atau gugur.
  • Mengetahui sifat-sifat kedua induk tanaman yang akan disilangkan, agar memberikan hasil yang diharapkan, misalnya sifat dominasi yang akan terlihat atau muncul pada turunannya seperti : warna, bentuk, dan lain-lain.
  • Bunga tidak terserang OPT terutama pada polen dan stigma.
  • Setiap mendapatkan varietas baru yang baik, sebaiknya didaftarkan pada “Royal Horticultural Society” di London, dengan mengisi formulir pendaftaran anggrek hibrida dengan beberapa persyaratan lainnya.
Jenis-jenis anggrek
  1. Coelogyne
Jenis Anggrek ini ada beberapa macam,diantaranya adalah : a.Coelogyne celebensis Anggrek ini memiliki nama ilmiah Coelogyne celebensis. Kata celebensis diambil dari nama Celebes atau Sulawesi. Dari namanya, kita tahu jika tanaman ini memiliki habitat asal di Sulawesi. Morfologi tanamannya sekilas nampak serupa dengan kerabat dekatnya Coleogyne speciosa. Bahkan tipe bunga nya pun tampak tak ada beda. Namun bagi yang jeli, perbedaan yang cukup mencolok dapat dikenali lewat bentuk labellum serta tonjolan-tonjolan yang berada diatas labellum tersebut. Bunga ini mampu merekah sempurna selama 5-7 hari, setelah itu bunga akan layu dan segera digantikan dengan tunas bunga selanjutnya. Tandan bunganya berukuran kecil dan panjang, sehingga tidak proporsional jika dibandingkan dengan ukuran bunganya yang cukup besar. Itulah sebabnya, saat bunga nya mekar, maka tandannya akan terkulai kebawah, sehingga bunganya tampak menunduk. Anggrek ini memiliki daun yang lebar, berbentuk bulat telur, dan permukaannya bergelombang. Seperti kebanyakan anggrek lainnya, tanaman ini juga memiliki bulb/umbi semu yg menggembung untuk menyimpan air dan cadangan makanan. Anggrek ini termasuk anggrek dataran rendah yang rajin berbunga dan cepat beradaptasi. b.Coelogyne speciosa Sosoknya bunganya anggun layaknya seorang putri yang bersembunyi di balik rimbunnya semak belukar. Sang putri yang elok dan menawan ini memiliki nama Coelogyne speciosa. Meskipun persebarannya sangat luas, bukanlah alasan untuk menelantarkannya. Hampir banyak pedagang tidak terlalu memperdulikannya dengan alasan harganya yang kurang bersaing. Sikap yang sama sering datang dari para pembeli yang sering mencibir saat melihat sosoknya teronggok di stand pameran, bahkan diantaranya berkomentar “walah…anggrek kaya gitu kan dah sering liat..dimana-mana juga ada, heran…hari gini masih ada yang ngejual”. Demikian pilu kisah sang putri hutan.

Keberadaannya di alam memang tidak selangka teman-temannya, namun hal ini semata-mata akibat upaya si anggrek. Kemampuan adaptasinya yang luas, tingkat pertumbuhan yang cepat, rajin berbunga, serta kemampuannya melakukan selfing secara alami merupakan kelihaian khusus yang menyebabkan keberadaannya akan terus langgeng di alam…dan juga dirumah kita. Tidak mau kalah dengan temannya terdahulu, sang putri juga menyampaikan harapannya kepada siapapun agar dirinya dapat dikembangbiakkan yang kemudian disisihkan sebagian sebagai hiasan alam. Siapapun dia, sang putri akan berterima kasih dan tersenyum bahagia kepada sang pahlawan.

c.Coelogyne Pandurata

Dikenal dengan nama Anggrek Hitam atau Black Orchid, karena pada lidahnya terdapat warna hitam. Coelogyne pandurata Lindley tersebar di Malaysia, Sumatra, Kalimantan dan di Philipina di Mindanao, Luzon dan pulau Samar. Pada umumnya tumbuh pada pohon tua, didekat pantai atau di daerah rawa dataran rendah yang cukup panas.

2.Cymbidium finlaysonianum

Di Kalimantan Barat anggrek ini dinamakan sakat lidah ular tedung atau lau pandan. Orang sumatera mengenalnya dengan nama anggrek pandan, karena perawakannya memang sekilas menyerupai pandan. Untuk membedakannya dengan anggrek lainnya yang perawakannya mirip pandan seperti Vanda tricolor, anggrek ini diberi nama “anggrek lidah ular”. Tumbuhan ini hidup menumpang pada pohon-pohon besar. Tumbuhnya merumpun karena tunas-tunas yang keluar disekitar tumbuhan induk. Batangnya sangat pendek dan tertutup rapat oleh pelepah daun. Daunnya berbentuk pita, tebal dan kaku, ujungnya membelah dua. Lebar daun antara 2-3 cm, terkadang pada kondisi subur, daunnya dapat mencapai satu meter panjangnya. Memiliki akar lekat dan akar udara. Akar lekatnya berdiameter lebih besar dan agak memipih dengan penebalan jaringan meristem ganda berwarna keputihan. Bunganya tersusun dalam tandan yang panjangnya dapat mencapai 1 meter lebih, menjuntai kebawah menyerupai lidah ular. Dalam satu rumpun dapat muncul beberapa tandan bunga sekaligus. Terdapat 15-30 kuntum bunga pada setiap tandannya. Masing-masing bunga bergaris tengah 6 cm. Sepalnya berbentuk lanset, membentuk bintang. Warnanya kuning semburat kemerahan. Lidahnya berwarna merah marun dengan corak putih yang mencolok.

Anggrek ini dijumpai tumbuh liar di tempat-tempat yang sedikit terbuka, di hutan jati dan hutan campuran. Tumbuh pada ketinggian antara 5-300 m dpl. Di tempat-tempat tersebut anggrek ini berbunga sepanjang tahun. Setiap kuntum bunga dapat bertahan mekar selama 12 hari. Penyebaran anggrek ini sangat luas, Indonesia, Filipina, Burma, Laos, Kamboja, Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Karena anggrek ini sangat mudah dipelihara maka sekarang jenis ini banyak dibudidayakan orang.

3. Dendrobium

Anggrek ini juga ada beberapa jenis :

a. Dendrobium singkawangense.

Dendrobium endemik borneo yang tumbuh pada dataran tinggi sekitar 800 m dpl atau lebih. Sosok perawakannya tidak terlalu tinggi, sekitar 20-35 cm. Pada permukaan daun dan batangnya banyak ditumbuhi bulu-bulu halus. Daunnya berbentuk elips memanjang dengan ukuran yang tidak terlalu besar (panjang: 4-5 cm, lebar: 2-3 cm).

b.Sang diva

Dendrobium...lupa je..ntar aku revisi dh..ada yg bisa bantu??

4.Dendrobium affine.

5.Dendrobium sutiknoi

Atau lebih dikenal dengan sebutan siraja tanduk dari papua.Begitulah sebutan bagi anggrek yang memiliki nama latin Dendrobium sutiknoi P.O’bryne. Anggrek ini dideskripsikan dan dipublikasikan untuk pertama kali pada Mei 2005 di Jurnal fur den Orchideenfreund. Nama sutikno ini sendiri diambil dari nama seorang hobiis dan pedagang anggrek di Tretes, Prigen, Pasuruan, Jawa Timur yang kemudian dideskripsikan untuk pertama kali oleh Mr. Peter O’bryne di Singapura. Sejarahnya, ternyata anggrek ini ditemukan secara tidak sengaja oleh beliau di antara batang-batang D. lasianthera, namun tiba saat berbunga tampaklah perbedaan tersebut. Oleh karena karakter bunganya yang unik maka beliau yakin bahwa anggrek ini berpotensi menjadi species baru.

Species ini berasal dari Papua dan Kepulauan Morotai (Indonesia). Sejauh ini telah ditemukan dua varian warna, yaitu oranye tembaga dan hijau kekuningan. Sosok tanamannya mirip dengan anggrek-anggrek section Spatulata lainnya. Batangnya cukup tinggi mencapai 1-1,5 meter. Bentuk daunnya elips agak bulat telur, semakin kearah ujung atas ukuran daunnya semakin mengecil. Karakter unik dari anggrek ini adalah petal nya yang sangat panjang (mirip petal D.stratiotes) serta bentuk ujung labellumnya yang sempit dan melengkung dan hampir menyerupai labellum Dendrobium tobaense. Kelebihan anggrek section Spatulata ini adalah sifat dominan nya yang sangat kuat pada hybrid-hybrid keturunannya. Tidak seperti pada D.tobaense yang bentuk labellumnya bersifat resesif sehingga akan mudah terdegradasi oleh hybridisasi.

Saat ini, hybrid-hybrid maupun hasil selfing dari D.sutiknoi telah banyak beredar di pasaran anggrek di Asia tenggara. Namun menurut informasi dari seorang rekan hobiis senior dari Malaysia, setelah sekian lama D.sutiknoi dimanfaatkan sebagai parent/induk silangan, ternyata anggrek ini kurang begitu diminati oleh para penyilang sebagai parent karena sifatnya genetiknya yang sangat dominan, sehingga selalu mengalahkan karakter dari induknya yang lain, akibatnya hybrid yang terbentuk juga terlalu condong ke arah karakteristik D.sutiknoi. Namun hal ini tidak begitu dipersoalkan oleh para penggemar dan konsumen anggrek hybrid, sehingga tidak mengurangi minat para penggemar anggrek pada umumnya untuk tetap mengkoleksi hybrid-hybrid turunan D.sutiknoi, karena tetap saja hybridnya cantik dan unik dipandang. Di Indonesia sendiri, anggrek ini maupun hybridnya belum begitu tersosialisasi secara luas, sehingga tak heran bila harganya melambung sangat tinggi.

Meskipun demikian, anggrek ini merupakan harta genetis yang tak ternilai. Sehingga langkah-langkah serius untuk menjaga kelestarian genetisnya perlu segera dilakukan.

6. Dendrobium insigne

7. Dendrobium fimbriatum

8. Dendrobium litoreum

9. Dendrobium capra

10. Dendrobium sulawesiense

Baru diketemukan spesies dari Sulawesi (Indonesia), Dendrobium sulawesiense (syn. Den. crepidiferum) adalah anggrek yang cukup mencolok dengan bunga besar berwarna magenta serta lidah berwarna oranye dan tahan lama. Toleran pada suhu sedang sampai hangat, spesies ini membutuhkan kelembababan tinggi dan tingkat cahaya sedang. Dendrobium Sulawesiense

4. Grammatophyllum

ada beberapa macam : a. Grammatophyllum

Ini dia si jawara kelas berat dari dunia anggrek. Jawara ini bernama Grammatophyllum speciosum atau seringpula disebut-sebut dengan nama G. papuanum yang diyakini sebagai salah satu variannya. Tanaman ini tersebar luas dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, hingga Papua. Oleh karena itu, tidak heran bila banyak ditemukan varian-varian nya dengan bentuk tanaman dan corak bunga yang sedikit berbeda. Dalam satu rumpun dewasa, tanaman ini dapat mencapai berat lebih dari 1 ton dan panjang malai bunga hingga 3 meter dengan diameter malai sekitar 1,5-2 cm. Itulah sebabnya malai bunganya mampu menyangga puluhan kuntum bunga berdiameter 7-10 cm. Dari corak bunganya…penduduk lokal sering menjulukinya dengan sebutan anggrek macan…akan tetapi sebutan ini sering rancu dengan kerabatnya, Grammatophyllum scriptum yang memiliki corak serupa. Oleh sebab itu, anggrek ini populer juga dengan sebutan sebagai anggrek tebu, karena sosok batang tanamannya yang menyerupai batang pohon tebu. Meskipun persebarannya cukup luas…anggrek ini justru menghadapi ancaman serius dari perburuan tak terkendali serta kerusakan habitat. Sosok pohonnya yang sangat besar mudah terlihat oleh para pemburu, terlebih lagi saat memunculkan bunganya yang mencolok. Belum lagi perkembangbiakan alami di habitat dengan biji sangatlah sulit diandalkan karena lambatnya laju pertumbuhan dari fase biji hingga mencapai tanaman dewasa yang siap berbunga. Mungkin hal inilah yang mendasari kenapa anggrek ini menjadi salah satu species anggrek yang dilindungi.

Sebagai pecinta anggrek, pasti anggrek ini akan menjadi salah satu “most wanted” dalam daftar koleksi. Agar perburuan liar terhadap anggrek ini di habitatnya dapat dikendalikan, maka langkah-langkah budidaya secara vegetatif maupun generatif harus segera diberdayakan. Apalagi anggrek ini terkenal sangat mudah menumbuhkan tunas dari stek bulbnya. Setidaknya, dengan membudidayakannya secara vegetatif atau membeli bibit anggrek tebu hasil perkembangbiakan vegetatif (tunas dari stek bulb) dapat menjadi salah satu upaya memelihara kelestarian anggrek alam Indonesia.

b. Grammatophyllum stapeliaeflorum

Kerabat jenis anggrek ini jumlahnya agak terbatas. Berdasarkan catatan sementara, di Indonesia hanya ditemukan 3 jenis, yaitu anggrek tebu (G. speciosum), anggrek macan (G. scriptum) dan Anggrek sendu (G. stapeliaeflorum). Anggrek ini biasa disebut anggrek sendu karena warnanya yang kusam dan bentuk bunga yang menggantung seperti cucuran air mata. Bulbnya menyerupai bulb anggrek macan (G. scriptum) hanya saja kulit permukaan luarnya tampak lebih mengkilat dan kaku seperti dilapisi plastic, berbuku tunggal dengan panjang kira-kira 14 cm, lebar 6 cm, agak memipih dengan 2-3 daun pada puncaknya. Daun berukuran cukup lebar, panjang kira-kira 35 cm yang makin menyempit kearah pangkalnya. Bunganya muncul dari dasar bulb dengan tandan bunga yang merunduk dan menggantung ke bawah. Panjang tandan bunga sekitar 30 cm. Pada tandan tersebut tumbuh sebanyak 12 kuntum bunga. Bunga berwarna coklat kelabu keunguan dengan totol-totol ungu tua, berbau tidak sedap.

Jenis ini ditemukan di hutan-hutan di Sumatera, Jawa sampai dengan Sulawesi. Tumbuh secara epifit pada pohon-pohon di hutan-hutan yang agak terbuka. Berdasarkan catatan sementara tanaman ini berbunga pada bulan-bulan Januari, Februari, Juni, Juli. Apakah waktu berbunga tersebut sama dengan berbunganya di alam masih perlu diteliti. Masa mekar bunganya antara 13-15 hari. Buah berbentuk jorong.

Tanaman ini sudah mulai dibudidayakan, tapi sayang peminatnya masih sedikit karena masih kalah populer dibanding dua kerabatnya yang lain, anggrek tebu dan anggrek macan. Umumnya dipelihara di pot besar atau pot gantung besar dengan media tumbuh cacahan akar pakis dan sedikit sabut kelapa. Penyiraman diperlukan tetapi tidak setiap hari. Mudah dikembangbiakkan dengan anakan. Meskipun penampakan bunganya yang kurang menarik, namun anggrek ini merupakan satu-satunya anggota keluarga Grammatophyllum yang memiliki morfologi tandan dengan posisi menggantung. Keunikan inilah yang membuat anggrek species ini mulai dilirik banyak para kolektor.

c. Grammatophyllum speciosum

Grammatophyllum Speciosum, atau Anggrek Harimau, adalah anggrek terbesar di dunia. Berkembang biak di sela-sela pohon besar, anggrek ini bisa mencapai panjang 15 ft; Satu rumpun tanaman pernah tercatat memiliki berat 2 ton. Berada di lingkungan panas, hutan tropis yang lembab di kawasan Malaysia, Sumatra, and New Guinea, anggrek ini dikenal karena penampilannya yang luar biasa pada saat berbunga, walupun cuma berbunga sekali dalam 2 sampai 4 tahun.Bunga anggrek harimau, juga dikenal anggrek tebu, sangat tahan lama dan dapat bertahan sampai 2 bulan. Bunganya dapat mencapai 6 in berwana kuning krim denga bintik coklat atau merah tua. Stem bunga dapat mencapai 6-9 in dengan 60-100 kuntum per tangkai.

Grammatophyllum Speciosum

d. Grammatophyllum scriptum Berukuran besar, tumbuh secara epifit di daerah panas. Berasal dari Asia Tenggara, Papua dan New Guinea, diketemukan pada ketinggian sampai 100 meter dari permukaan laut dan selalu dekat dengan laut, kadang terdapat di sela-sela tangkai daun kelapa. Grammatophyllum Scriptum 5. Hybrid a. Dendrobium fatahillah ( local hybrid ). 6. Paphiopedilum a. Paphiopedilum chamberlainianum b. Phragmipedium pearcei c. Paphiopedilum liemianum

Anggrek ini akrab disebut sebagai anggrek kantong, karena labellumnya yang menyerupai kantung kecil. Sosok tanaman anggrek ini cukup pendek (tinggi tanaman sekitar 5-7 cm) dengan posisi daun yang berselang seling. Daunnya melebar dengan ujung membulat. Lebar daun sekitar 3-6 cm dengan panjang daun bervariasi antara 15-20 cm. Tanaman ini termasuk anggrek terestrial, artinya anggrek ini memiliki habitat tumbuh di tanah, dengan mengandalkan organ akarnya sebagai alat untuk menyerap air dan unsur hara. Anggrek ini senang dengan kondisi media yang cukup lembab, akan tetapi jika terlalu lembab bisa menyebabkan pembusukan pada pangkal batangnya. Anggrek yang dahulu diisukan sebagai anggrek yang sulit dipelihara ini, ternyata justru memiliki kelebihan lain, yaitu toleran terhadap kekeringan dan toleran dengan rentang suhu yang lebar. Selain itu, dalam satu tandan bunga bisa memunculkan lebih dari 3 kali bunga. Bunganya yang unik muncul bergantian satu per satu dengan masa mekar tiap kuntum bunga lebih dari 1 minggu. Pemeliharaan anggrek ini cukup mudah, hanya dengan menjaga kelembaban media dan melakukan pemberian pupuk organik pada media tanamnya. Oh iya…satu hal yang cukup penting yaitu tempatkan anggrek ini pada tempat yang ternaungi, misal dibawah paranet 50 % atau di bawah tajuk pepohonan. Meskipun bunganya unik dan indah, sayangnya pertumbuhan anggrek ini termasuk sangat lambat.

Media tumbuh anggrek ini dapat berupa campuran tanah (usahakan yang kadar lempungnya rendah) dan pupuk organik. Atau media kombinasi seperti cacahan pakis/arang/kerikil + potongan sabut, pupuk organik + sedikit moss.

7. Phalaenopsis

a. Phalaenopsis javanica

b. Phalaenopsis bellina

Anggrek ini sudah tidak asing lagi bagi penggemar anggrek. Budidayanya sudah dimulai sejak tahun 1861. Tumbuhan ini secara alami tumbuh di Kalimantan, Sumatera dan Semenanjung Malaya. Beberapa Negara sekarang juga telah membudidayakannya. Nama latin dari anggrek cantik ini adalah Phalaenopsis bellina. Di Indonesia dikenal dengan nama anggrek kelip. Nama itu diberikan karena bentuk dan warna bunganya yang menyerupai bintang yang sedang berkelap-kelip. Phalaenopsis Bellina

Anggrek ini masih satu genus dengan anggrek bulan putih (Phalaenopsis amabilis). Karenanya perawakannya hamper serupa pula dengan anggrek bulan. Daunnya berbentuk bulat telur memanjang dan membulat kearah ujung. Daunnya lebih kaku dibanding Phalaenopsis amabilis dan juga memiliki lapisan lilin yang mengkilap. Bunganya harum, terlebih pada pagi hari. Akarnya bulat memipih agak berkerut pada permukaannya dan diselaputi oleh warna keperakan dengan ujung akar berwarna kehijauan. Bunga tersusun dalam tandan yang dapat mencapai panjang 30 cm. Pada tiap tandan akan mekar 1-3 kuntum secara bersamaan, kemudian akan disusul beberapa hari kemudian oleh kuncup bunga yang ada dibawahnya, sehingga apabila terdapat beberapa tandan bunga maka bunga yang mekar akan tampak serentak dan terus menerus. Masing-masing berukuran 5-6 cm, berbentuk bintang. Bunganya memiliki warna ungu lembayung yang mencolok pada bagian tengah dan pangkal bawah sedangkan bagian lainnya berwarna putih semburat hijau muda.

Anggrek ini menyukai tempat teduh yang sedikit lembab. Sangat cocok untuk ditanam didataran rendah. Di tempat yang sesuai, anggrek ini akan berbunga sepanjang tahun tanpa berhenti memekarkan bunganya. Bunga mekar selama kurang lebih 2 minggu. Anggrek ini dapat dipelihara sebagaimana orang memelihara anggrek bulan. Tanaman ditempelkan pada pohon atau pada sekeping pakis. Air siraman hendaknya cepat mengalir keluar dan tidak menggenang di tanaman. Penggenangan dalam waktu yang cukup lama dapat menimbulkan gejala penyakit busuk pada tanaman.

Karena bentuknya dan warna bunganya yang sangat indah, anggrek ini telah disilangkan dengan jenis lain. Hasilnya antara lain ialah Phalaenopsis Harriettiae. Mengingat potensinya yang unggul maka kemungkinan pengembangannya sebagai indukan anggrek dataran rendah sangatlah besar.

c. Paraphalaenopsis

Nama lainnya Anggrek Bulan Bintang, anggrek asal Kalimantan, biasanya terdapat pada pohon di dekat aliran sungai di dataran rendah dengan ketinggian 300 m dpl.Genera Paraphalaenopsis hanya terdiri dari 4 species:
  • Paraphalaenopsis denevei : Rat-tailed Phalaenopsis
  • Paraphalaenopsis labukensis : Rat-tailed Phalaenopsis
  • Paraphalaenopsis laycockii : Rat-tailed Phalaenopsis
  • Paraphalaenopsis serpentilingua

Dan ada satu hybrid alami : (Paraphalaenopsis denevei x Paraphalaenopsis serpentilingua).

8. Vanda

a. Vanda celebica

Vanda celebica nya destario Vanda celebica nya rio (detail lip) b. Vanda insignis Vanda insignis rio Vanda insignis lagi c. Vanda metusalae Vanda metusalae Vanda metusalae

Pada bulan Januari 2008 telah dipublikasikan sebuah anggrek Vanda spesies baru dari Indonesia. Anggrek ini dideskripsikan oleh Peter O’Bryrne dan Jaap Vermeulen di Jurnal The Orchid Review 116 (1279): 9-11 (2008) Sosok tanamannya tidak terlalu besar, batangnya dapat mencapai 50 cm, dengan diameter 1,2-1,5 cm. Daunnya cukup sempit, lebar daunnya 2-2,3 cm, panjang daun 30-45 cm, berujung belah dua (bilobed) dan berujung tajam-bergigi. Tangkai pembungaan termasuk pendek bila dibanding dengan keluarga Vanda lainnya, yaitu sekitar 5-6 cm, yang membawa 3-7 kuntum bunga. Bunga Vanda metusalae berukuran tidak terlalu besar yaitu 3,2 cm x 3,5 cm, berwarna dasar kuning terang dengan pola bercak merah kecoklatan pada tepi kelopak (sepal-petal) dan membentuk pola garis-garis longitudinal searah pembuluh. Pada bagian labellumnya berbelah 3 ruang (trilobed), dengan ujung midlobe yang lebar dan tepi bergelombang berwarna kuning cerah pada pangkal dan manjadi semburat kecoklatan kearah ujung. Vanda ini memiliki kekerabatan yang dekat dengan Vanda devoogtii, Vanda merrillii, Vanda sumatrana dan Vanda hindsii. Sayangnya bunga anggrek ini tidak bertahan lama, keindahan bunganya hanya bertahan sekitar 7-10 hari. Vanda metusalae termasuk anggrek yang memiliki tingkat kesulitan budidaya yang tinggi bila dibandingkan dengan kerabat Vanda lainnya, pertumbuhan vegetatifnya tergolong sangat lambat, kemampuan adaptasinya rendah sehingga tanaman baru sangat mudah stress, lingkungan tumbuhnya sangat spesifik sehingga membutuhkan kelembaban, suhu, aerasi, dan intensitas cahaya yang benar-benar sesuai. Bila lingkungan tumbuhnya ada yang sedikit saja berubah, jangankan tumbuh, tanaman ini akan stagnan bahkan banyak diantaranya yang mati kekeringan (karena tidak ada pertumbuhan akar yang optimal) bahkan banyak pula yang mengalami busuk akar karena kondisi yang terlalu lembab. Tanaman ini agaknya tidak dianjurkan bagi para pemula.

Langkah prioritas yang sangat mendesak untuk dilakukan adalah melakukan perbanyakan khususnya melalui kultur biji maupun kultur jaringan agar spesies ini tidak menghilang dari habitatnya seperti beberapa kerabat Vanda spesies dari Indonesia lainnya.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan penyerbukan (polinasi) adalah sebagai berikut :

  • Sediakan sehelai kertas putih dan sebatang lidi kecil atau tusuk gigi atau sejenisnya yang bersih.
  • Cap polinia yang terdapat pada ujung column dibuka, dimana akan terlihat di dalamnya polinia yang berwarna kuning.
  • Ujung lidi/tusuk gigi dibasahi dengan cairan yang ada di dalam lubang putih atau dengan sedikit air.
  • Polinia diambil dengan hati-hati. Pegang kertas putih sebagai wadah di bawah bunga untuk menghindari bila polinia jatuh pada waktu diambil.
  • Polinia kemudian dimasukkan ke dalam stigma (kepala putik).
  • Beri label yang diikatkan pada tangkai kuntum (pedicel) bunga yang berisi catatan tentang tanggal penyerbukan dan nama bunga yang diambil polinianya.

Beberapa hari kemudian bunga yang telah diserbuki akan layu. Apabila penyerbukan berhasil, dan bila tidak ada OPT, maka bakal buah tersebut akan terus berkembang menjadi buah. Buah anggrek ada yang masak setelah tiga bulan sampai enam bulan atau lebih. Buah yang masak akan merekah dengan dicirikan adanya perubahan warna buah dari hijau menjadi hijau kekuning-kuningan.

Dalam memilih biji anggrek yang akan disemaikan dalam botol perlu diperhatikan sebagai berikut :

  • Biji yang berwarna keputih-putihan dan kosong adalah biji yang kurang baik.
  • Biji yang baik yaitu yang bulat penuh berisi, berwarna kuning atau kecoklat-coklatan

Perbanyakan tanaman anggrek pada umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu, konvensional dan dengan metoda kultur in vitro. Perbanyakan tanaman yang dilakukan secara konvensional adalah sebagai berikut :

  • Perbanyakan vegetatif malalui pemecahan/pemisahan rumpun seperti Dendrobium sp., Oncidium sp., Cattleya sp., dan Cymbidium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari batang seperti Dendrobium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari akar dan tangkai bunga seperti Phalaenopsis sp., yang selanjutnya ditanam ke media yang sama seperti pakis, mos serabut kelapa, arang, serutan kayu, disertai campuran pecahan genting atau batu bata. Perbanyakan secara vegetatif ini akan menghasilkan anak tanaman yang mempunyai sifat genetik sama dengan induknya. Namun perbanyakan konvensional secara vegetatif ini tidak praktis dan tidak menguntungkan untuk tanaman bunga potong, karena jumlah anakan yang diperoleh dengan cara-cara ini sangat terbatas.
  • Perbanyakan generatif yaitu dengan biji. Biji anggrek sangat kecil dan tidak mempunyai endosperm (cadangan makanan), sehingga perkecambahan di alam sangat sulit tanpa bantuan jamur yang bersimbiosis dengan biji tersebut.

Untuk menghasilkan bunga dalam jumlah banyak dan seragam diperlukan tanaman dalam jumlah banyak pula. Oleh karena itu peningkatan produksi bunga pada tanaman anggrek hanya dapat dicapai dengan usaha perbanyakan tanaman yang efisien. Pada saat ini metode kultur in vitro merupakan salah satu cara yang mulai banyak digunakan dalam perbanyakan klon atau vegetatif tanaman anggrek. Kultur in vitro pertama kali dicoba oleh Haberlandt pada tahun 1902, karena adanya sifat tanaman yang disebut totipotensi yang dicetuskan oleh kedua orang sarjana Jerman Schwann dan Schleiden pada tahun 1830.

Metode kultur in vitro yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif (seperti : akar, daun, batang, mata tunas) dan jaringan-jaringan generatif (seperti : ovule, embrio dan biji) pada media buatan berupa cairan atau padat secara aseptik (bebas mikroorganisme).

Secara generatif, benih tanaman diperoleh melalui biji hasil persilangan yang secara genetis biji-biji tersebut bersifat heterozigot. Sehingga benih-benih yang dihasilkan mempunyai sifat tidak mantap dan beragam. Dengan cara ini untuk mendapatkan tanaman yang sama dengan induknya sangatlah sulit, karena persilangan anggrek telah berkembang demikian luasnya. Namun dengan cara ini akan diperoleh varietas baru.

Secara vegetatif yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif atau kultur jaringan seperti akar, daun, batang atau mata tunas pada media buatan berupa cairan atau padat secara aseptik. Dengan metode ini dapat diharapkan perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara cepat dan berjumlah banyak, serta sama dengan induknya.

PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN

  1. Persiapan Lahan

    Tanaman anggrek dapat ditanam di sekitar rumah atau pekarangan atau di kebun yaitu di bawah pohon atau dengan naungan yang diberi paranet atau sejenisnya dengan pengaturan intensitas cahaya tertentu atau di lahan terbuka. Oleh karena tanaman anggrek mempunyai potensi ekonomis yang tinggi, maka untuk jenis-jenis tertentu dapat ditanam di dalam rumah kaca (green house). Selain untuk melindungi tanaman dari gangguan alam, juga akan mengurangi intensitas serangan OPT.

  2. Persiapan Media Tumbuh

    Media tumbuh yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah harganya. Sampai saat ini belum ada media yang memenuhi semua persyaratan untuk pertumbuhan tanaman anggrek.

    Untuk pertumbuhan tanaman anggrek, kemasaman media (pH) yang baik berkisar antara 5–6. Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi bunga optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tumbuh yang sering digunakan di Indonesia antara lain : moss, pakis, serutan kayu, potongan kayu, serabut kelapa, arang dan kulit pinus.

    Pecahan batu bata banyak dipakai sebagai media dasar pot anggrek, karena dapat menyerap air lebih banyak bila dibandingkan dengan pecahan genting. Media pecahan batu bata digunakan sebagai dasar pot, karena mempunyai kemampuan drainase dan aerasi yang baik.

    Moss yang mengandung 2–3% unsur N sudah lama digunakan untuk medium tumbuh anggrek. Media moss mempunyai daya mengikat air yang baik, serta mempunyai aerasi dan drainase yang baik pula.

    Pakis sesuai untuk media anggrek karena memiliki daya mengikat air, aerasi dan drainase yang baik, melapuk secara perlahan-lahan, serta mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhannya.

    Serabut kelapa mudah melapuk dan mudah busuk, sehingga dapat menjadi sumber penyakit, tetapi daya menyimpan airnya sangat baik dan mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan serta mudah didapat dan murah harganya. Dalam menggunakan serabut kelapa sebagai media tumbuh, sebaiknya dipilih serabut kelapa yang sudah tua.

    Media tumbuh sabut kelapa, pakis, dan moss merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan tanaman anggrek Phalaenopsis sp. Namun bila pakis dan moss yang tumbuh di hutan ini diambil secara terus-menerus untuk digunakan sebagai media tumbuh, dikhawatirkan keseimbangan ekosistem akan terganggu.

    Serutan kayu atau potongan kayu kurang sesuai untuk media anggrek karena memiliki aerasi dan drainase yang baik, tetapi daya menyimpan airnya kurang baik, serta miskin unsur N. Proses pelapukan berlangsung lambat, karena kayu banyak mengandung senyawa-senyawa yang sulit terdekomposisi seperti selulosa, lignin, dan hemiselulosa.

    Media serutan kayu jati merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan anggrek Aranthera James Storie. Pecahan arang kayu tidak lekas lapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri, tetapi sukar mengikat air dan miskin zat hara. Namun arang cukup baik untuk media anggrek.

    Penggunaan media baru (repotting) dilakukan antara lain sebagai berikut :

    • Bila ditanam dalam pot (wadah) sudah terlalu padat atau banyak tunas.
    • Medium lama sudah hancur, sehingga menyebabkan medium bersifat asam, bisa menjadi sumber penyakit.
  3. Penyiraman

    Tanaman anggrek yang sedang aktif tumbuh, membutuhkan lebih banyak air dibandingkan dengan yang sudah berbunga. Frekuensi dan banyaknya air siraman yang diberikan pada tanaman anggrek bergantung pada jenis dan besar kecil ukuran tanaman, serta keadaan lingkungan pertanaman. Sebagai contoh adalah tanaman anggrek Vanda sp., Arachnis sp., dan Renanthera sp., yaitu anggrek tipe monopodial yang tumbuh di bawah cahaya matahari langsung, sehingga membutuhkan penyiraman lebih dari dua kali sehari, terutama pada musim kemarau.

  4. Pemupukan

    Seperti tumbuhan lainnya, anggrek selalu membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya. Kebutuhan tanaman anggrek akan nutrisi sama dengan tumbuhan lainnya, hanya anggrek membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperlihatkan gejala-gejala defisiensi, mengikat pertumbuhan anggrek sangat lambat.

    Dalam usaha budidaya tanaman anggrek, habitatnya tidak cukup mampu menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya tanaman diberi pupuk baik organik maupun anorganik. Pupuk yang digunakan umumnya pupuk majemuk yaitu yang mengandung unsur makro dan mikro.

    Kualitas dan kuantitas pupuk dapat mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Pada fase pertumbuhan vegetatif bagi tanaman yang masih kecil perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 30:10:10, pada fase pertumbuhan vegetatif bagi tanaman yang berukuran sedang perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 10:10:10. Sedangkan pada fase pertumbuhan generatif yaitu untuk merangsang pembungaan, perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 10:30:30.

    Jika dilakukan pemupukan ke dalam pot maka hanya pupuk yang larut dalam air dan kontak langsung dengan ujung akar yang akan diambil oleh tanaman anggrek dan sisanya akan tetap berada dalam pot. Pemupukan pada sore hari menunjukkan respon pertumbuhan yang baik pada anggrek Dendrobium sp.

PENGAMATAN DAN PENGENDALIAN OPT

  1. Hama
    1. Tungau Merah Tennuipalvus orchidarum Parf. Ordo : Acarina Famili : Tetranychidae 1) Tanaman Inang : Jenis-jenis yang dapat diserang hama ini adalah Phalaenopsis sp., Dendrobium sp., Orchidium sp., Vanda sp. dan Granatophyllium sp., kapas, kacang-kacangan, jeruk, dan gulma terutama golongan dikotil. 2) Gejala Serangan : Tungau sangat cepat berkembang biak dan dalam waktu singkat dapat menyebabkan kerusakan secara mendadak. Bagian tanaman yang diserang antara lain tangkai daun dan bunga. Tangkai yang diserang akan berwarna seperti perunggu. Pada permukaan atas daun terdapat titik/bercak berwarna kuning atau coklat, kemudian meluas dan seluruh daun menjadi kuning.

      Pada permukaan bawah berwarna putih perak dan bagian atas berwarna kuning semu. Pada tingkat serangan lanjut daun akan berbercak coklat dan berubah menjadi hitam kemudian gugur. Pada daun Phalaenopsis sp. mula-mula berwarna putih keperakan kemudian menjadi kuning. Hama ini dapat berjangkit baik pada musim hujan maupun musim kemarau, namun umumnya serangan meningkat pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan serangan berkurang karena terbawa air. Kerusakan dapat terjadi mulai dari pembibitan.

      3) Biologi :

      Tungau berwarna merah, berukuran sangat kecil yaitu 0,2 mm sehingga sukar untuk dilihat dengan mata telanjang. Tungau dapat dijumpai pada daun, pelepah daun dan bagian-bagian tersembunyi lainnya. Telur tungau berwarna merah, bulat dan diletakkan membujur pada permukaan atas daun.

    2. Kumbang Gajah Orchidophilus aterrimus (= Acythopeus) aterrimus Wat.

      Ordo : Coleoptera

      Famili : Curculionidae

      1) Tanaman Inang :

      Jenis anggrek yang diserang adalah anggrek epifit antara lain Arachnis sp., Cattleya sp., Coelogyne sp., Cypripedium sp., Dendrobium sp., Cymbidium sp., Paphiopedilum sp., Phalaenopsis sp., Renanthera sp., dan Vanda sp.

      2) Gejala Serangan :

      Kumbang bertelur pada daun atau lubang batang tanaman. Kerusakan terjadi karena larvanya menggerek daun dan memakan jaringan di bagian dalam batang sehingga mengakibatkan aliran air dan hara dari akar terputus serta daun-daun menjadi kuning dan layu. Kerusakan pada daun menyebabkan daun berlubang-lubang. Larva juga menggerek batang umbi, pucuk dan batang untuk membentuk kepompong, sedangkan kumbang dewasa memakan epdermis/permukaan daun muda, jaringan/tangkai bunga dan pucuk/kuntum sehingga dapat mengakibatkan kematian bagian tanaman yang dirusak. Serangan pada titik tumbuh dapat mematikan tanaman. Pada pembibitan Phalaenopsis sp. dapat terserang berat hama ini. Seangan kumbang gajah dapat terjadi sepanjang tahun, tetapi paling banyak terjadi pada musim hujan, terutama pada awal musim hujan tiba.

      3) Biologi :

      Kumbang berwarna hitam kotor/tidak mengkilap dengan ukuran bervariasi 3,5-7 mm termasuk moncong. Kumbang bertelur pada daun atau lubang pada batang tanaman. Larva menggerek ke jaringan batang atau masuk ke pucuk/kuncup dan tangkai sampai menjadi pupa.

      Fase larva (ulat), pupa (kepompong) sampai dewasa (kumbang) berlangsung dalam pseudobulb. Larva yang baru menetas menggerek pseudobulb, makan dan tinggal di dalam pseudobulb tersebut. Pupa terbungkus oleh sisa makanan dan terletak di rongga bekas gerekan di dalam pseudobulb.

    3. Kumbang Penggerek Omobaris calanthes Mshl.

      Ordo : Colepotera

      Famili : Curculionidae

      1) Tanaman Inang :

      Jenis anggrek yang diserang terutama adalah anggrek tanah terutama jenis Calanthe sp. dan Phajus sp.

      2) Gejala Serangan :

      Berbeda dengan kumbang gajah, larva kumbang ini menggerek masuk ke jaringan akar/umbi, pucuk dan tangkai bunga sehingga dinding gerekan menjadi hitam. Sedangkan kumbang dapat dijumpai di bagian tengah tanaman di antara daun bawah. Serangga membuat sejumlah lubang, seringkali berbaris di daun dan juga tunas utama yang masih terlipat yang kemudian dapat patah dan mati. Pada tahap awal seringkali merusak akar tanaman dan pada saat bunga masih kuncup. Serangan berat menyebabkan tanaman terlihat merana dan dapat mematikan tanaman anggrek secara keseluruhan.

      3) Biologi :

      Pertumbuhan larva dapat mencapai panjang 5 mm.

    4. Kumbang Penggerek Akar Diaxenes phalaenopsidis Fish.

      Ordo : Coleoptera

      Famili : Cerambycidae

      1) Tanaman Inang :

      Larva maupun kumbang ini dapat menyerang tanaman anggrek Renanthera sp., Vanda sp., Dendrobium sdp., Oncidium sp. dan lebih khusus anggrek Phalaenopsis sp.

      2) Gejala Serangan :

      Larva menggerek akar sehingga akar mengering dan dapat mengakibatkan kematian. Larva juga menyerang bunga. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini akan sangat berat jika tidak segera dikendalikan.

      3) Biologi :

      Telur berwarna hijau terang dengan panjang 2,4 mm dan diletakkan di bawah kutikula akar. Larva berwarna kuning dan membentuk pupa dalam suatu kokon yang berserabut/berserat padat. Kumbang dapat hidup sampai 3 bulan dan daur hidup mencapai 50-60 hari. Pada siang hari kumbang ini bersembunyi dan pada malam hari memakan daun bagian atas dan meninggalkan potongan/bekas gerekan yang tidak beraturan di permukaan.

    5. Kumbang Penggerek Oulema (= Lema) pectoralis Baly.

      Ordo : Coleoptera

      Famili : Chrysomelidae

      1) Tanaman Inang :

      Arachnis sp., Grammatophyllum sp., Vanda sp., Phalaenopsis sp., Calanthes sp. dan kadang-kadang menyerang Dendrobium sp.

      2) Gejala Serangan :

      Larva membuat lubang pada daun, akar, kuntum bunga dan bunga. Serangga dewasa juga dapat memakan daun.

      3) Biologi :

      Kumbang berwarna hijau kekuningan. Tubuhnya diselubungi busa yang berwarna hijau tua. Larvanya membuat lubang pada daun, akar, kuntum bunga dan bunganya. Kumbang mempunyai tipe criocerin sepanjang punggung dan pronotum yang sempit. Serangga dari famili ini berasosiasi dengan rumput-rumputan dan monokotiledon lain. Larva yang semula berwarna abu-abu, dengan meningkatnya umur, akan berubah menjadi kuning. Tubuh larva senantiasa tertutup oleh kotorannya sendiri. Telur diletakkan terpisah-pisah pada bunga dan petiola. Telur berwarna kuning kehijauan dengan panjang 1,25 mm. Larva yang baru menetas membawa kulit telur di punggungnya. Daur hidup mencapai 30 hari.

    6. Kutu Perisai Parlatoria proteus Curt.

      Ordo : Hemiptera

      Famili : Diaspididae

      1) Tanaman Inang :

      Kutu ibi tersebar luas dan terutama dijumpai pada tanaman anggrek Dendrobium sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan jenis-jenis anggrek tanah, dan palem.

      2) Gejala Serangan :

      Tanaman yang terserang berwarna kuning merana, kadang-kadang daun berguguran.

      3) Biologi :

      Kutu mempunyai perisai berwarna coklat merah berukuran + 1,5 mm, kutu dewasa berwarna gelap berbentuk bulat, pipih, melekat pada bagian tanaman terserang. Telurnya diletakkan di bawah perisai/tempurung, sehingga tidak terlihat dari atas. Larva tidak bertungkai, berbentuk bulat. Kutu dewasa betina tidak bersayap sedangkan yang jantan bersayap.

    7. Pengorok Daun Gonophora xanthomela ( = Agonita spathoglottis)

      Ordo : Coleoptera

      Famili : Chrysomelidae

      1) Tanaman Inang :

      Hama ini menyerang jenis-jenis anggrek Phalaenopsis amabilis, Vanda tricolor, V. coerulea, Arundina sp. dan Aspathoglottis sp.

      2) Gejala Serangan

      Larva mengorok bagian dalam daun dan meninggalkan bagian epidermis sehingga daun tampak transparan. Serangan berat terjadi pada musim hujan.

      3) Biologi :

      Kumbang berukuran 6 mm, terdapat tanda hitam dan oranye. Telur diletakkan pada permukaan bawah daun dan ditutupi kotoran.

    8. Ulat Bunga Chliaria othona

      Ordo : Lepidoptera

      Famili : Lycaenidae

      1) Tanaman Inang :

      Ulat ini menyerang jenis-jenis anggrek Dendrobium sp., Phalaenopsis sp., Arundina sp., Phajus sp.

      2) Gejala Serangan :

      Ulat memakan bunga atau pucuk anggrek. Setelah menetas dari telur segera masuk dan merusak ke dalam pucuk sampai ke bunga.

      3) Biologi :

      Ulat berbentuk pipih. Larva yang baru menetas dari telur masuk ke dalam pucuk sampai bunga. Stadia pupa terjadi di daun dan umbi-umbian dalam lapisan anyaman dan pupa berbalut lapisan sutera.

    9. Pemakan Daun Negeta chlorocrota Hps.

      Ordo : Lepidoptera

      Famili : Noctuidae

      1) Tanaman Inang :

      Kerusakan paling banyak pada Dendrobium sp., dan Arachnis sp.. dan serangga juga dijumpai pada Phalaenopsis sp. dan aneka anggrek liar.

      2) Gejala Serangan :

      Larva memakan daun muda dan meninggalkan potongan-potongan daun yang putih dan transparan. Kerusakan disebabkan oleh instar selanjutnya pada daun yang lebih tua. Pucuk-pucuk muda juga diserang. Pada populasi tinggi larva menggerogoti daun, potongan oval dari daun yang tertinggal di atas dan digunakan untuk membentuk tempat pupa.

      3) Biologi :

      Ulat merupakan semi penggulung daun anggrek. Ulat instar lanjut berwarna hijau pudar dengan garis gelap membujur dan empat tanda di punggung. Seta (bulu) panjang tumbuh dari kecil dan hitam. Panang larva + 35 mm. Ngengat muda tidak terbang sangat jauh. Telur berduri dan dijumpai di daun, pucuk dan bunga. Di Bogor siklus hidup mencapai 38 hari.

    10. Kutu Putih Pseudococcus sp.

      Ordo : Hemiptera

      Famili : Pseudococcidae

      1) Tanaman Inang :

      Hama ini tersebar luas dan merupakan hama penting pada tanaman buah-buahan dan tanaman hias.

      2) Gejala Serangan :

      Pada Dendrobium sp., kutu menyerang ujung akar, bagian daun sebelah bawah dan batang. Bagian tanaman terserang akan berwarna kuning dan akhirnya mati karena hama ini mengisap cairan sel.

      Pada Phalaenopsis sp., kutu menyerang ketiak daun di sekitar titik tumbuhnya, sehingga menyebabkan tanaman mati.

      3) Biologi :

      Seluruh tubuh tertutup oleh lilin termasuk tonjolan pendek yang terdapat pada tubuhnya. Kutu berwarna coklat kemerahan, panjang 2 mm, dan memproduksi embun madu sehingga menarik bagi semut untuk berkumpul. Kutu memperbanyak diri melalui atau tanpa perkawinan (partenogenesis). Perkembangan satu generasi memerlukan waktu selama 36 hari.

    11. Siput Setengah Telanjang (Slug) Parmarion pupillaris

      Phyllum : Mollusca

      1) Tanaman Inang :

      Bersifat polifag, selain menyerang anggrek juga pada kol, sawi, tomat, kentang, tembakau, karet dan ubi jalar.

      2) Gejala Serangan :

      Siput memakan daun dan membuat lubang-lubang tidak beraturan. Seringkali ditandai dengan adanya bekas lendir sedikit mengkilat dan kotoran. Akar dan tunas anakan juga diserang. Seringkali merusak pesemaian atau tanaman yang baru saja tumbuh. Siput juga makan bahan organik yang telah membusuk atauun tanaman yang masih hidup.

      3) Biologi :

      Siput tidak memiliki cangkok, berukuran panjang 5 cm, berwarna coklat kekuningan atau coklat keabuan. Rumah pada punggungnya kerdil dan sedikit menonjol. Siput tidak beruas, badannya lunak, bisa mengeluarkan lendir, berkembang biak secara hermaprodit namun sering juga terliha mereka mengadakan perkawinan dengan sesama. Siput menyukai kelembaban. Telur diletakkan pada tempat-tempat yang lembab. Siput biasanya pada waktu siang hari bersembunyi di tempat yang teduh dan aktif mencari makan pada malam hari. Alat untuk makan berbentuk seperti lidah yang kasar seperti parut yang disebut radula.

    12. Siput Telanjang Vaginula bleekeri atau Filicaulis bleekeri

      Phyllum : Mollusca

      1) Tanaman Inang :

      Selain menyerang anggrek, juga merusak pesemaian sayuran seperti kol, sawi, tomat dan tembakau.

      2) Gejala Serangan : Gejala serangan mirip Parmarion. Siput menyerang tanaman pada waktu malam hari. Bagian tanaman yang diserang adalah daun dan pucuk-pucuknya.

      3) Biologi :

      Bentuk siput seperti lintah, berwarna coklat keabuan, pada punggungnya terdapat bercak-bercak coklat tua yang tidak teratur dan ada sepasang garis memanang, panjang tubuh + 5 cm.

    13. Bekicot Achatina fulica atau A. variegata

      Phyllum : Mollusca

      1) Tanaman Inang :

      Bekicot selain merusak tanaman anggrek, juga tanaman bunga bakung, bunga dahlia, pepaya, tomat.

      2) Gejala Serangan :

      Bekicot banyak merusak seluruh bagian tanaman dengan memakan daun dan bagian tanaman lain. Selain itu juga makan tanaman yang telah mati.

      3) Biologi :

      Bekicot mempunyai cangkok (rumah), dengan ukuran panjang + 10-13 cm. Pada waktu siang hari bekicot ini sering istirahat pada batang pepaya, pisang dan dinding rumah. Pada waktu malam hari mencari makanan. Siang hari mencari tempat perlindungan di lubang tanah, kaleng atau bambu. Bila diganggu mereka akan menarik kepalanya ke dalam rumahnya. Kadang-kadang dapat mengeluarkan suara. Pada waktu musim kemarau yang panjang dan udara panas, kepala dan seluruh badan dimasukkan dalam rumah dan lubangnya ditutup dengan suatu lapisan membran yang tebal hingga ia dapat bertahan hidup selama musim kemarau + 6 bulan. Bila musim hujan tiba dalam beberapa jam mereka dapat segera mengakhiri masa istirahatnya dan mulai mencari makanan. Bekicot yang baru saja menetas bisa tahan tidak makan selama 1 bulan. Bekicot yang besar bisa tahan terendam air tawar selama 12 jam, tetapi kalau air mengandung garam bekicot akan mati dengan pelan-pelan. Telurnya berwarna kuning dengan diameter + 5 mm, biasanya terdapat dalam kelompok telur yang jumlahnya 100-500 butir gumpalan telur yang diameternya bisa sampai + 5 cm. Biasanya terletak di bawah batu, tanaman atau dalam tanah gembur. Telur ini akan menetas dalam 10-14 hari.

    14. Tungau Jingga Anggrek Pseudoleptus vandergooti (Oud) Ordo : Acarina Famili : Tertranychidae

      1) Tanaman Inang : Anggrek Dendrobium sp. sangat peka terhadap serangan tungau jingga. 2) Gejala Serangan :

      Serangan hama ini mengakibatkan daun dan jaringan batang berubah warna.

      3) Biologi :

      Tungau berukuran 0,3 mm, hidup berkoloni pada daun-daun yang mati.

    15. Thrips Anggrek Dichromothrips (= Eugniothrips) smithi (Zimm) Ordo : Thysanoptera Sub Ordo : Terebrantia 1) Tanaman Inang :

      Thrips anggrek dari P. Jawa ditemukan pula di Taiwan. Thrips mengakibatkan kerusakan serius pada pembibitan anggrek Arachnis sp., Cattleya sp., Dendrobium sp., Renanthera sp., dan Vanda sp.

      2) Gejala Serangan :

      Serangan hama ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat, bunga berguguran, daun berubah bentuk dan berwarna keperakan. Pada musim kemarau serangan thrips dapat mengakibatkan penurunan produksi bunga. 3) Biologi :

      Hama ini sangat kecil, dan berwarna abu-abu, ada juga yang berwarna kecoklatan. Panjangnya kira-kira 1-1½ mm. Trips mempunyai tiga pasang kaki, dan berbadan ramping.

    16. Kepik Anggrek Mertila malayensis Dist. Ordo : Hemiptera Famili : Miridae 1) Tanaman Inang :

      Kepik ini memiliki daerah penyebaran meliputi wilayah Asia Selatan dan Timur. Kepik dapat ditemukan pada anggrek Phalaenopsis sp., Bulbophyllum sp., Renanthera sp., Vanda sp.

      2) Gejala Serangan :

      Serangan kepik menimbulkan gejala bintik-bintik putih kuning pada permukaan atas dan bawah daun anggrek. Kadang-kadang titik-titik tersebut sangat rapat sehingga merupakan bercak putih. Tanaman yang terserang lama-lama menjadi gundul. 3) Biologi :

      Kepik berwarna merah kehitaman. Telur diletakkan di daun, dan nimfa yang baru menetas berwarna merah mirip dengan tungau. Serangga biasanya hidup berkelompok, jika diganggu maka akan melarikan diri dengan cepat. Di Salatiga siklus hidup sekitar 4 minggu, dan serangga dewasa dapat hidup selama 2 bulan.

    17. Kutu Daun Anggrek Cerataphis oxhidiarum (West) Ordo : Homoptera Famili : Aphidoidea

      1) Tanaman Inang :

      Kutu ini tersebar luas dan terutama dijumpai pada tanaman anggrek Dendrobium sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan jenis-jenis anggrek tanah.

      2) Gejala Serangan :

      Kutu daun menempel pada daun, dan menyebabkan daun yang terserang berubah menjadi kuning, kemudian coklat, akhirnya mati.

      3) Biologi :

      Spesies kutu daun ini berwarna coklat gelap sampai hitam. Pada waktu masih muda, serangga berwarna hijau. Penyebaran meliputi di daerah tropis.

    18. Kutu Tempurung Aspidiotus sp. Ordo : Homoptera Famili : Diaspididae

      1) Tanaman Inang :

      Di daerah Bogor kutu tempurung ditemukan pada anggrek Renanthera sp. dan Vanda sp., kelapa, kelapa sawit, pisang, mangga, alpukat, jambu biji, kakao, karet, keluwih, jahe dan the. 2) Gejala Serangan :

      Serangga ini mengisap cairan daun di bagian permukaan bawah sehingga meninggalkan bercak-bercak dan menyebabkan daun berwarna kuning kecoklatan. Kutu mengisap cairan daun, sehingga makin lama cairan daun habis dan jaringan di sekelilingnya terjadi nekrosis. Pada serangan berat seluruh daun menjadi kering dan kemudian rontok.

      3) Biologi :

      Serangga dewasa berwarna merah coklat gelap berukuran panjang 1,5 mm. Kutu betina dapat menghasilkan telur 20-30 butir. Telur diletakkan di dalam perisai di bawah badannya. Nimfa yang baru menetas akan ke luar dari perisai, berkelompok di permukaan bawah daun. Periode telur sampai dewasa mencapai 1,5-2 bulan. Aktivitas puncak terjadi pada musim kering.

    19. Siput Kecil Lamellaxis (= Opeas) gracilis (Hutt.) dan Subulina octona Brug.

      Phyllum : Mollusca

      1) Tanaman Inang :

      Di daerah Deli (Sumatera) sering ditemukan pada bedengan pembibitan tembakau, dan di daerah lain di Indonesia ditemukan menyerang sayuran di rumah kaca.

      2) Gejala Serangan :

      Siput ini tinggal pada tanaman anggrek di antara media tumbuh dalam pot dan menyerang bagian akar. Malam hari siput naik ke permukaan pot dan menyerang bagian daun. Serangan berat terjadi pada musim hujan.

      3) Biologi :

      Tempurung hama panjangnya 11 mm dan berwarna kuning terang. Kedua spesies hama ini di alam sering bercampur.

  2. Penyakit
    1. Busuk Hitam Phytopthora spp.

      1) Tanaman Inang :

      Penyakit ini terutama dijumpai pada anggrek Cattleya sp., Phalaenopsis sp., Dendrobium sp., Epidendrum sp. dan Oncidium sp.

      2) Gejala Serangan :

      Infeksinya tampak dengan adanya noda-noda hitam yang menjalar dari bagian tengah tanaman hingga ke daun. Dalam waktu relatif singkat seluruh daun sudah berjatuhan. Cendawan ini menyerang pucuk tanaman dan titik tumbuh. Bagian pangkal pucuk daun terlihat basah dan bila ditarik mudah terlepas. Bila menyerang titik tumbuh, pertumbuhan akan terhenti. Penyebaran penyakit ini sangat cepat bila keadaan lingkungan lembab.

      Pada Cattleya penyakit dapat timbul pada daun, umbi semu, akar rimpang dan kuncup bunga. Penyakit ini juga dapat timbul pada pesemaian sebagai penyakit busuk rebah. Pada daun terjadi bercak besar, berwarna ungu tua, coklat keunguan, atau hitam. Bercak dikelilingi halo kekuningan. Dari daun penyakit berkembang ke umbi semu, akar rimpang, bahkan mungkin ke seluruh tanaman. Jika penyakit mula-mula timbul pada umbi semu, maka umbi ini akan menjadi hitam ungu, dan semua yang terletak di atasnya akan layu. Seringkali daun menjadi rapuh dengan goyangan sedikit saja daun akan terlepas sedikit di atas umbi semu. Infeksi yang terjadi pada permukaan tanah dapat menyebabkan busuk kaki.

      Pada Vanda, mula-mula pada pangkal daun terjadi bercak hitam kecoklatan tidak teratur, dengan cepat meluas ke seluruh permukaan daun dan pada daun-daun sekitarnya. Pada umumnya penyakit timbul di daerah pucuk tanaman. Pada bagian ini daun-daun berwarna hitam coklat kebasah-basahan dan mudah sekali gugur. Kadang-kadang penyakit juga timbul pada batang dan daerah perakaran.

      3) Morfologi/Epidemiologi :

      Cendawan membentuk sporangium, mudah terlepas, bulat telur atau jorong, pangkalnya membulat, mempunyai tangkai pendek dan hialin. Spora Phytophthora dapat dipencarkan oleh angin, dan percikan air.

      Akar rimpang dapat dapat terinfeksi karena patogen yang terbawa oleh pisau yang dipakai untuk memotong (memisahkan tanaman). Penyakit juga berkembang oleh kelembaban yang tinggi, karena air membantu pembentukan, pemencaran, dan perkecambahan spora.

    2. Antraknosa. Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc. (Stadium Sempurna : Glomerella cingulata)

      1) Tanaman Inang :

      Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Dendrobium sp., Arachnis sp., Ascocendo sp., Phalaenopsis sp., Vanda sp. dan Oncidium sp.

      2) Gejala Serangan :

      Pada daun atau umbi semu mula-mula timbul bercak bulat, mengendap, berwarna kuning atau hijau muda. Akhirnya bercak menjadi coklat dan mempunyai bintik-bintik hitam yang terdiri dari tubuh buah (aservulus) cendawan. Pada umumnya bintik-bintik ini teratur pada lingkaran-lingkaran yang terpusat. Dalam keadaan yang lembab tubuh buah mengeluarkan massa spora (konidium) yang berwarna merah jambu atau jingga. Daun yang terserang akan gugur akhirnya umbi akan gundul.

      Pada bunga, penyakit menyebabkan terjadinya bercak-bercak coklat kecil yang dapat membesar dan bersatu sehingga dapat meliputi seluruh bunga.

      Cendawan dapat mempertahankan diri dengan hidup secara saprofitik pada sisa tanaman sakit. Pada cuaca menguntungkan (lembab), cendawan membentuk konidium yang apabila terbentuk dalam massa yang lekat, konidium dipencarkan oleh percikan air hujan/air siraman, mungkin juga oleh serangga.

      Cendawan adalah parasit lemah, yang hanya dapat mengadakan infeksi pada tanaman yang keadaannya lemah, terutama melalui luka-luka, termasuk luka karena terbakar matahari. Terjadinya penyakit juga dibantu oleh pemberian pupuk nitrogen yang terlalu banyak.

      3) Morfologi/Epidemiologi :

      C. gloeosporioides berbentuk aservulus pada bagian yang mati (nekrosis) yang berbatas tegas, biasanya berseta, kadang-kadang berseta sangat jarang atau tidak sama sekali. Aservulus berbentuk bulat, memanjang atau tidak teratur, garis tengahnya dapat mencapai 500 µm. Seta mempunyai panjang yang bervariasi, jarang lebih dari 200 µm, dengan lebar 4-8 µm, bersekat 1-4, berwarna coklat, pangkalnya agak membengkak, mengecil ke ujung, pada ujungnya kadang-kadang berbentuk konidium. Konidium berbentuk tabung, ujungnya tumpul, pangkalnya sempit terpancung, hialin, tidak bersekat, berinti 1,9-24 x 3,6 µm. Konidiofor berbentuk tabung, tidak bersekat, hialin atau coklat pucat.

      C. gloeosporioides tersebar luas, sebagai parasit lemah pada bermacam-macam tumbuhan inang, bahkan ada yang hanya hidup sebagai saprofit. Cendawan dapat mempertahankan diri dengan hidup secara saprofitis pada bermacam-macam sisa tanaman sakit. Pada cuaca menguntungkan jamur membentuk konidium. Karena terbentuk dalam massa yang lekat, konidium dipencarkan oleh percikan air, dan mungkin oleh serangga. Pembentukan konidium dibentuk oleh cuaca yang lembab, sedang pemencaran konidium dibantu oleh percikan air hujan maupun siraman.

    3. Layu Sklerotium rolfsii Sacc. (Stadium Sempurna : Corticium rolfsii Curzi)

      1) Tanaman Inang :

      Selain menyerang anggrek, penyakit ini diketahui menyerang pada tanaman pertanian lainnya. Pada anggrek terutama menyerang jenis-jenis terestrial, seperti Vanda sp., Arachnis sp. dan sebagainya.

      2) Gejala Serangan :

      Tanaman yang terserang menguning dan layu. Infeksi terjadi pada bagian-bagian yang dekat dengan tanah. Bagian ini membusuk, dan pada permukaannya terdapat miselium cendawan berwarna putih, teratur seperti bulu. Miselium ini membentuk sklerotium, yang semula berwarna putih, kelak berkembang menjadi butir-butir berwarna coklat yang mirip dengan biji sawi.

      Pada Phalaenopsis penyakit menyebabkan busuk akar dan pangkal daun. Jaringan menjadi berwarna kuning krem, berair, yang segera berubah menjadi coklat lunak karena adanya bakteri dan cendawan tanah.

      Sklerotium bentuknya hampir bulat dengan pangkal yang agak datar, mempunyai kulit luar, kulit dalam dan teras.

      Di daerah tropis S. rolfsii tidak membentuk spora. Cendawan dapat bertahan lama dengan hidup secara saprofitik, dan dalam bentuk sklerotium yang tahan terhadap keadaan yang kurang baik.

      S. rolfsii umumnya terdapat dalam tanah. Cendawan terutama terpencar bersama-sama dengan tanah atau bahan organik pembawanya. Sklerotium dapat terpencar karena terbawa oleh air yang mengalir.

      S. rolfsii terutama berkembang dalam cuaca yang lembab. Cendawan dapat menginfeksi tanaman anggrek melalui luka ataupun tidak, bila melalui luka infeksi akan berlangsung lebih cepat. Di Indonesia Oncidium sp. dan Phalaenopsis sp. sangat rentan terhadap S. rolfsii, Cattleya sp. agak tahan, sedangkan Dendrobium sp. sangat tahan.

      3) Morfologi/Epidemiologi :

      S. rolfsii adalah cendawan yang kosmopolit, dapat menyerang bermacam-macam tumbuhan, terutama yang masih muda. Cendawan itu mempunyai miselium yang terdiri dari benang-benang berwarna putih, tersusun seperti bulu atau kipas. Cendawan tidak membentuk spora. Untuk pemencaran dan mempertahankan diri cendawan membentuk sejumlah sklerotium yang semula berwarna putih kelak menjadi coklat dengan garis tengah kurang lebih 1 mm. Butir-butir ini mudah sekali terlepas dan terangkut oleh air.

      Sklerotium mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Di dalam tanah sklerotium dapat bertahan selama 6-7 tahun. Dalam cuaca yang kering sklerotium akan mengeriput, tetapi justru akan berkecambah dengan cepat jika kembali berada dalam lingkungan yang lembab.

    4. Layu Fusarium oxysporum

      1) Tanaman Inang :

      Penyakit layu Fusarium dapat dijumpai pada anggrek jenis Cattleya sp., Dendrobium sp. dan Oncidium sp. Selain itu juga menyerang kubis, caisin, petsai, cabai, pepaya, krisan, kelapa sawit, lada, kentang, pisang dan jahe.

      2) Gejala serangan :

      Patogen menginfeksi tanaman melalui akar atau masuk melalui luka pada akar rimpang yang baru saja dipotong, menyebabkan batang dan daun berkerut. Bagian atas tanah tampak merana seperti kekurangan air, menguning, dengan daun-daun yang keriput, umbi semu menjadi kurus, kadang-kadang agak terpilin. Perakaran busuk, pembusukan pada akar dapat meluas ke atas, sampai ke pangkal batang.

      Jika akar rimpang dipotong akan tampak bahwa epidermis dan hipodermis berwarna ungu, sedang phloem dan xylem berwarna ungu merah jambu muda. Akhirnya seluruh akar rimpang menjadi berwarna ungu.

      3) Epidemiologi :

      Patogen dapat bertahan secara alami di dalam media tumbuh dan pada akar-akar tanaman sakit. Apabila terdapat tanaman peka, melalui akar yang luka dapat segera menimbukan infeksi. Penyakit ini mudah menular melalui benih, dan alat pertanian yang dipakai.

    5. Bercak Daun Cercospora spp.

      1) Tanaman inang :

      Semua jenis anggrek terserang oleh penyakit ini, terutama yang ditanam di tempat terbuka, seperti Vanda sp., Arachnis sp., Aranda sp., Aeridachnis sp. dan sebagainya.

      2) Gejala serangan :

      Penyakit timbul hanya apabila keadaan lingkungan lembab. Mula-mula pada sisi bawah daun yang masih muda timbul bercak kecil berwarna coklat. Bercak-bercak dapat berkembang melebar dan memanjang, dan dapat bersatu membentuk bercak yang besar. Pada pusat bercak yang berwarna coklat keputihan, cendawan membentuk kumpulan-kumpulan konidiofor dengan konidium, yang bila dilihat dengan kaca pembesar (loupe) tampak seperti bintik-bintik hitam kelabu. Pusat bercak akhirnya mengering dan dapat menjadi berlubang. Gejala ini lebih banyak terdapat pada daun-daun tua.

      3) Morfologi/Epidemiologi :

      Konidium cendawan ini berbentuk gada panjang bersekat 3-12. Konidiofor pendek, bersekat 1-3, cendawan dapat terbawa oleh benih dan bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit selama satu musim. Cuaca yang panas dan basah membantu perkembangan penyakit. Penyakit dapat timbul pada tanaman muda, meskipun cenderung lebih banyak pada tanaman tua.

    6. Bercak Coklat Ralstonia (Pseudomonas) cattleyae (Pav.) Savul

      1) Tanaman Inang :

      Penyakit terutama menyerang Phalaenopsis sp. dan Catleya sp.

      2) Gejala serangan :

      Penyakit ini terutama merugikan Phalaenopsis sp. Bagian tanaman yang terserang yaitu daun dan titik tumbuh. Penyakit sangat cepat menjalar, dan pada daun yang terserang terjadi bercak lunak, kebasah-basahan dan berwarna kecoklatan atau hitam. Penyakit meluas dengan cepat. Jika penyakit mencapai titik tumbuh, tanaman akan mati. Bagian yang sakit mengeluarkan lendir (eksudat), yang dapat menularkan penyakit ke tanaman lain, melalui penyiraman.

      Pada daun Cattleya sp. penyakit tampak sebagai bercak-bercak mengendap, hitam dan kebasah-basahan. Pada umumnya penyakit hanya terbatas pada satu atau dua daun, dan tidak mematikan tanaman.

      3) Epidemiologi :

      Massa bakteri sering muncul di permukaan jaringan tanaman sakit. Penyakit ini berkembang pada kondisi lingkungan yang basah dan suhu yang tinggi. Penyakit dapat menular melalui alat-alat pertanian, air, media tumbuh dan benih yang terinfeksi.

    7. Busuk Lunak Erwinia spp.

      1) Tanaman Inang :

      Penyakit ini dapat menyerang semua jenis anggrek bahkan tanaman lain yang lunak jaringannya.

      2) Gejala Serangan :

      Penyakit ini menyerang tanaman anakan dalam kompot. Daun-daun anakan terlihat berair dan warna daun berubah kecoklatan. Pada pseudobulb atau bagian lunak lainnya terjadi pembusukan disertai bau yang tidak enak. Bakteri ini menimbulkan pembusukan pada jaringan yang lunak dan pada jaringan yang bekas digigit serangga.

      3) Morfologi/Epidemiologi :

      Sel bakteri berbentuk batang, tidak mempunyai kapsul, dan tidak berspora. Bakteri bergerak dengan menggunakan flagela yang terdapat di sekeliling sel bakteri.

      Bakteri patogen mudah terbawa oleh serangga, air, media tumbuh dan sisa tanaman yang terinfeksi, serta alat-alat pertanian. Suhu optimal untuk perkembangan bakteri adalah 27° C. Pada kondisi suhu rendah dan kelembaban rendah bakteri terhambat pertumbuhannya.

    8. Rebah Bibit Pythium ultinum, Phytohpthora cactorum dan Rhizoctonia solani.

      1) Tanaman Inang :

      Penyakit ini dijumpai pada tanaman muda dalam kompot pada anggrek jenis Cymbidium sp., Dendrobium sp., Oncidium sp. dan sebagainya.

      2) Gejala Serangan :

      Pada tanaman muda ditandai dengan gejala damping off, yaitu tanaman mati dan roboh. Bagian pangkal tanaman membusuk, sehingga tidak kuat berdiri tegak. Penyakit berkembang ke atas ke bagian-bagian lunak lainnya.

      3) Epidemiologi :

      Patogen tersebut terpencar malalui air. R. solani bertahan lama di dalam tanah (media tumbuh).

    9. Bercak Daun Pestalotia sp.

      1) Tanaman Inang :

      Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Vanda sp., Arachnis sp., Dendrobium sp. dan Oncidium sp.

      2) Gejala Serangan

      Pada daun-daun tua dijumpai bercak dengan titik-titik hitam di bagian tengahnya. Mula-mula bercak berwarna kuning agak coklat.

      3) Epidemiologi :

      Patogen memencar dengan spora yang terjadi apabila ada perubahan yang mendadak dari keadaan basah kemudian kering dan disertai angin.

    10. Bercak Botryodiplodia sp.

      1) Tanaman Inang :

      Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Vanda sp. dan Arachnis sp.

      2) Gejala Serangan :

      Pada anggrek Vanda sp. penyakit ditandai dengan bercak memanjang berwarna coklat sampai hitam. Gejala terjadi baik di daun maupun batangnya. Bercak tidak terbatas pada bagian-bagian yang tua saja tetapi yang mudapun terserang.

      3) Epidemiologi :

      Penyakit memencar dengan sporanya yang berada di dalam badan buahnya. Spora memencar bila terjadi perubahan cuaca yang mendadak dari basah ke kering.

    11. Bercak Bunga Botrytis cenerea

      1) Tanaman Inang :

      Penyakit ini terutama menyerang bunga pada anggrek jenis Phalaenopsis sp. dan Cattleya sp..

      2) Gejala Serangan :

      Pada mahkota bunga mula-mula terdapat bintik-bintik hitam. Bila penyakit telah berkembang lebih lanjut dengan bintik yang sangat banyak, bunga akan busuk dan menghitam.

      3) Epidemiologi :

      Penyakit ini berkembang bila kelembaban sangat tinggi. Pemencaran penyakit dilakukan dengan sporanya yang sangat mudah diterbangkan angin.

    12. Karat Uredo sp.

      1) Tanaman Inang :

      Penyakit karat dijumpai pada Oncidium sp. dan jenis-jenis lainnya.

      2) Gejala Serangan :

      Pada permukaan daun terdapat pustul berwarna kuning. Setiap pustul dikelilingi oleh jaringan daun klorotik. Serangan yang hebat menyebabkan daun mengering.

      3) Epidemiologi :

      Spora patogen mudah melekat pada kaki serangga dan oleh tiupan angin. Kondisi lingkungan yang lembab sangat membantu perkembangan penyakit.

    13. Virus Mosaik Cymbidium (Cymbidium mosaic virus= CyMV)

      Virus mosaik cymbidium dikenal juga dengan nama “Cymbidium black streak virus” atau “Orchid mosaic virus”.

      1) Tanaman Inang :

      Virus ini dijumpai pada 8 genera, yaitu Aranthera sp., Calanthe sp., Cattleya sp.,Cymbidium sp., Gromatophyllum sp., Phalaenopsis sp., Oncidium sp., dan Vanda sp.

      2) Gejala Serangan :

      Pada Cymbidium sp. gejala mosaik akan tampak lebih jelas pada daun-daun muda berupa garis-garis klorotik memanjang searah serat daun. Bunga pada tanaman Cattleya sp. yang terinfeksi biasanya memperlihatkan gejala bercak-bercak coklat nekrosis pada petal dan sepalnya. Bunga biasanya berukuran lebih kecil dan mudah rontok dibandingkan dengan bunga tanaman sehat.

      3) Morfologi/Epidemiologi :

      Partikel CyMV berbentuk filamen memanjang berukuran 13 x 475 nm. Virus ini menular secara mekanik melalui cairan atau ekstrak bagian tanaman sakit, tetapi tidak menular melalui biji ataupun serangga vektor.

    14. Virus Mosaik Tembakau Strain Orchid (Tobacco Mosaic Virus-Orchid = TMV-O)

      Virus ini dikenal juga dengan nama virus bercak bercincin odontoglossum (odontoglossum ringspot virus = ORSV).

      1. Tanaman Inang :

        Jenis-jenis anggrek lain yang dapat terserang virus ini mencakup Dendrobium sp., Epidendrum sp., Vanda sp., Cattleya sp., Oncidium sp. Cymbidium sp. dan Phalaenopsis sp.

      2. Gejala Serangan :

        Pada beberapa jenis anggrek seperti Cattleya sp., gejala infeksi virus ini bervariasi, yaitu berupa garis-garis klorotik, bercak-bercak klorotik sampai nekrotik atau bercak-bercak berbentuk cincin. Pada Oncidium sp. bercak-bercak nekrotik berwarna hitam tampak nyata pada permukaan bawah daun. Di lapang persentase tanaman anggrek Oncidium sp. terinfeksi virus ini dapat mencapai 100 %. Gejala pada bunga, misalnya pada anggrek Cattleya sp., berupa mosaik pada sepal dan petal. Bagian tepi bagian bunga ini biasanya bergelombang.

      3. Morfologi/Epidemiologi :

        Partikel virus berbentuk batang berukuran 18 x 300 nm. TMV-O mudah ditularkan secara mekanik melalui ekstrak bagian tanaman sakit, tetapi tidak menular melalui serangga vektor ataupun biji.

  3. Pengendalian OPT Anggrek
    1. Fisik

      Media tumbuh disucihamakan dengan uap air panas agar tanaman bebas dari OPT yang dapat ditularkan melalui media tumbuh. Untuk menghindari penularan virus, usaha sanitasi harus dilakukan meliputi sterilisasi alat-alat potong. Setelah dicuci bersih alat-alat potong dipanaskan dalam oven pada suhu 149 ° C selama 1 jam.

    2. Mekanis

      Pengendalian secara mekanis dilakukan bilamana serangga hama dijumpai dalam jumlah terbatas. Misalnya pada pagi dan sore hari kumbang gajah dapat dijepit dengan jari tangan dan dimatikan. Demikian pula kutu tempurung pada daun anggrek dapat didorong dengan kuku, tetapi harus dilakukan secara hati-hati lalu dimatikan. Keong besar atau yang kecil dengan mudah dapat ditangkap pada malam hari dan dimusnahkan. Dengan membersihkan sampah dan gulma, maka keong tidak mempunyai kesempatan untuk bersarang dan bersembunyi. Pengendalian secara mekanis juga dilakukan pada bagian tanaman yang menunjukkan gejala serangan penyakit, yaitu dengan memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang.

    3. Kultur Teknis

      Pemeliharaan tanaman yang baik dapat meningkatkan kesehatan tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur. Penyiraman, pemupukan dan penambahan atau penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung pemeliharaan yang berkelanjutan dapat memantau keadaan tanaman dari serangan OPT secara dini.

      Penyiraman dilakukan apabila diperlukan dan dilakukan pagi hari sehingga siang harinya sudah cukup kering. Pelihara tanaman dari serangan atau kehadiran serangga yang dapat menjadi pembawa atau pemindah penyakit. Udara dalam pertanaman sebaiknya dijaga agar tidak terlalu lembab, sehingga penyakit tidak mudah berkembang.

      Tanaman yang baru atau diketahui menderita penyakit diisolasi selama 2-3 bulan, sampai diketahui bahwa tanaman tersebut betul-betul sehat. Tanaman yang akan dibudidayakan sebaiknya juga berasal dari induk yang telah diketahui bebas penyakit.

    4. Kimiawi

      Untuk pengendalian OPT anggrek dapat dipilih jenis pestisida yang tepat sesuai dengan organisme pengganggu tumbuhan yang akan dikendalikan. Formulasi pestisida dapat berupa cairan (emulsi), tepung (dust) pasta ataupun granula. Konsentrasi dan dosis penggunaan biasanya dicantumkan pada tiap kemasan. Jenis-jenis pestisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan OPT pada tanaman anggrek tercantum dalam Lampiran 1. Sebagai pencegahan, pot atau wadah lainnya, alat-alat seperti pisau dan gunting stek, sebaiknya setiap kali memakai alat-alat tersebut, disucihamakan dengan formalin 2 % atau desinfektan lainnya.

    5. Hayati

      Dilakukan dengan menggunakan :

      • Predator tungau : Phytoseiulus persimilis Athias Heniot dan Typhodiromus sp. (Phytoseiidae)
      • Predator kutu daun : kumbang koksi (Coccinelidae), lalat Syrpidae, dan laba-laba Lycosa sp.
      • Predator kutu putih : Scymnus apiciflavus.
      • Predator bekicot Achatina fulica : Gonaxis sp., Euglandina sp., Lamprophorus sp., dan bakteri Aeromonas liquefacicus.
      • Parasitoid Thrips : Famili Eulophidae
      • Parasitoid kutu daun : Aphidius sp. dan Encarsia sp.
      • Parasitoid pengorok daun Gonophora xanthomela : Achrysocharis promecothecae (Eulophidae).
      • Pemanfaatan agens antagonis Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Pseudomonas fluorescens untuk penyakit layu Fusarium sp. dan Ralstonia (Pseudomonas ) solanacearum.

PANEN DAN PASCA PANEN

Keistimewaan tanaman anggrek terletak pada penampilannya saat konsumsi, sehingga usaha untuk mempertahankan mutu penampilan selama mungkin menjadi tujuan utama penanganan pasca panen dan pasca produksi. Untuk melaksanakan upaya tersebut perlu dipahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi mutu pasca panen atau pasca produksi tanaman anggrek. Faktor yang mempengaruhi mutu pasca panen anggrek bunga potong adalah tingkat ketuaan bunga, suhu, pasokan air dan makanan, etilen dan kerusakan mekanis dan penyakit. Sedangkan yang mempengaruhi anggrek pot antara lain kultivar, stadia pertumbuhan, cahaya, medium, pemupukan, temperatur dan lama pengangkutan.

  1. Bunga Anggrek Potong
    1. Ketuaan Bunga

      Selama ini bunga anggrek dipanen setelah 75%-80% bunga telah mekar terutama pada anggrek Dendrobium sp. Adakalanya pada jenis anggrek tertentu, seperti Cattleya sp., bunga dipanen 3 sampai 4 hari setelah mekar, karena bunga yang dipotong prematur akan gagal untuk mekar. Saat pemanenan perlu diperhatikan penularan penyakit virus dari satu pohon ke pohon lain. Sebaiknya alat pemotong hendaknya disterilkan lebih dulu sebelum digunakan lagi pada pohon berikutnya.

    2. Temperatur

      Bunga potong Cymbidium sp. dan Paphiopedilum sp. dapat bertahan selama 3 minggu pada temperatur 330–350 F (10 C) dan 6 sampai 7 minggu bila tetap di pohon. Jenis Cymbidium sp., Cattleya sp., Vanda sp., Paphiopedilum sp. dan Phalaenopsis sp. umumnya bisa bertahan sampai 2 minggu kalau disimpan pada suhu 5–70 C, sedangkan Dendrobium sp. potong cukup disimpan pada temperatur 10–130 C.

    3. Pasokan Air dan Hara

      Bunga anggrek potong peka terhadap kekeringan. Air yang hilang setelah bunga dipanen harus segera diimbangi dengan larutan perendam yang mengandung air dan senyawa lain yang diperlukan. Penggunaan berbagai senyawa kimia pengawet yang dilarutkan dalam air dianjurkan untuk memperpanjang kesegaran bunga potong.

    4. Etilen dan Kerusakan Mekanis

      Usahakan untuk menjauhkan bunga anggrek potong dari sumber/tempat kebocoran gas, asap, pemeraman buah dan kumpulan bunga yang sudah rusak dan layu. Ruangan untuk penanganan pasca panen (sortasi/grading dan pengemasan) hendaknya berventilasi baik. Kepekaan terhadap gas etilen dapat dikurangi dengan pemberian suhu dingin, baik setelah panen maupun setelah pengiriman. Bunga potong harus segera dikeluarkan dari wadah pengemasnya dan diletakkan pada ruangan dingin yang bersuhu cocok untuk bunga anggrek.

    5. Penyakit

      Bunga anggrek potong peka terhadap penyakit, tidak saja karena berpetal agak rapuh, tetapi juga terdapatnya cairan madu yang bergizi yang sangat baik untuk pertumbuhan patogen. Kerusakan akibat penyakit ini dapat dihindari dengan managemen kebersihan yang baik di rumah kaca maupun di kebun, pengendalian temperatur, dan minimalisasi terjadinya kondensasi pada bunga potong.

  2. Tanaman Anggrek Pot Berbunga Indah
    1. Kultivar

      Berbagai karakter morfologi, seperti warna bunga, jumlah kuntum bunga dan waktu berbunga telah digunakan untuk mengevaluasi kultivar baru industri bunga. Kriteria tersebut merupakan faktor-faktor penting dalam menciptakan kultivar baru. Pada masa yang akan datang kriteria toleransi terhadap kondisi pengangkutan, tingkat cahaya interior yang rendah, etilen dan pendinginan perlu pula dimasukkan ke dalam penilaian.

    2. Stadia Pertumbuhan

      Stadia pertumbuhan (umur) tanaman pot anggrek berbunga indah pada saat dipasarkan merupakan faktor utama yang mempengaruhi penampilan tanaman tersebut di dalam ruangan. Perlu diperhatikan bahwa stadia yang tepat untuk pemasaran tergantung dari waktu yang diperlukan untuk memperoleh tanaman. Umumnya tanaman dengan banyak bunga mekar lebih sulit dalam pengangkutan, lebih peka terhadap etilen dan lebih mudah rusak dari pada tanaman yang diangkut dalam stadia yang bunganya masih kuncup atau persentase bunga yang mekar masih rendah.

    3. Temperatur

      Temperatur perlu diturunkan selama siklus 2–3 minggu terakhir untuk memperkuat warna bunga dan meningkatkan kandungan karbohidrat tanaman, sehingga dapat mengakibatkan ketahanan simpan. Semua tanaman pot berbunga indah akan lebih tahan pada temperatur yang lebih rendah dan kisarannya sangat tergantung pada jenis tanaman. Selanjutnya tanaman berbunga yang ditempatkan pada temperatur 270 C atau lebih tinggi, umumnya mempunyai warna bunga lebih pudar, batang/tangkai lebih tinggi, daun cepat menguning dan rontok.

    4. Media

      Media berstruktur remah yang mudah dibasahi kembali oleh konsumen atau penata ruang sangat penting untuk menghasilkan penampilan optimum dari tanaman berbunga indah di dalam ruangan. Sejumlah gel polimer dapat digunakan untuk mempertahankan kelembaban media dan mencegah tanaman dalam ruangan menjadi kering. Irigasi dengan menggunakan wetting agent pada saat pemasaran berguna untuk memudahkan pembasahan kembali media.

    5. Pemupukan

      Nisbah N : K yang dianjurkan 1 : 1 sampai 3 minggu sebelum pembungaan, diubah menjadi 0,5 : 1. Nisbah ini mencegah masalah keracunan amonia dan meningkatkan masa simpan.

    6. Kepekaan Terhadap Etilen

      Tanaman pot anggrek berbunga indah peka terhadap etilen. Gejala yang ditimbulkan adalah kerontokan daun, kuncup dan bunga, dan kelayuan bunga, epinasti, peningkatan kerentaan terhadap mikroba dan aborsi bunga / kuncup.

      Salah satu cara efektif untuk mengurangi kepekaan terhadap etilen, yaitu dengan menurunkan temperatur selama pengangkutan. Cara lain yang digunakan secara komersial adalah dengan penyemprotan daun menggunakan senyawa antagonis terhadap etilen, sehingga dapat menekan produksi etilen dalam bunga, serta mengurangi pengaruh buruk etilen.

    7. Pengairan

      Kurangnya penyiraman tanaman yang berbunga indah serta membiarkannya layu akan menurunkan umur peragaan. Sebaliknya kelebihan air akan menyebabkan rusaknya akar, sehingga tanaman cepat rusak. Sebaiknya tanaman diairi tiap hari atau tiap dua hari sekali, tergantung pada tingkat cahaya, temperatur dan kelembaban, juga ukuran dan media tumbuh. Pengairan dilakukan terhadap media tanpa membasahi bunga dan daun.

    8. Cahaya

      Cahaya optimum yang diperlukan oleh tiap tanaman harus dipertahankan untuk menghasilkan tanaman yang mempunyai masa penampilan yang lebih baik, jumlah bunga maksimum, pembentukan daun yang sempurna, warna bunga indah, dan tinggi tanaman yang memadai. Umumnya tanaman pot berbunga indah akan membentuk bunga dalam jumlah maksimum dengan warna yang indah pada kondisi ruang bercahaya tinggi, meskipun cahaya matahari langsung dihindari.

POT juga memperindah tanaman. POT tanaman hias dan bunga akan tampak indah penampilannya apabila diberi kaki. Pot bunga dan tanaman hias yang berkaki ini akan menambah dekorasi sebuah ruangan tamu atau teras rumah.

UNTUK memasang kaki pot, diperlukan kemampuan tersendiri untuk memilih kaki pot agar selaras dengan pot berisi tanaman hias dan bunga mawar atau anggrek yang akan diberi kaki. Pot berkaki akan tampak lebih indah penampilannya.

Hal itu, misalnya, dilakukan Ny Marlina (50). Warga yang tinggal di sebuah perumahan di Kelurahan Cipaku, Bogor Selatan, Kota Bogor, itu menata ruang tamunya dengan menempatkan pot tanaman hias dengan kaki pot jangkung (ukuran 80 cm) di sudut ruang kosong.

Pot tanaman hias berkaki jangkung itu menambah sudut ruangan sekitar menjadi enak dipandang. Selanjutnya, sebuah pot kecil berisi tanaman hias diletakkan pada kaki pot yang berbentuk sepeda ukuran kecil di atas meja. Kaki pot berbentuk sepeda dengan menopang pot kecil berisi tanaman hias ini menjadi hiasan meja.

Kemudian, pot berisi tanaman suplir dan tanaman lainnya juga diberi kaki pot, diletakkan di teras rumah di bawah jendela. Selain memperindah penampilan pot, kaki pot juga berfungsi mengikat pot agar lebih kokoh. Pemasangan kaki pada pot ini juga dimaksudkan agar air yang merembes dari bawah pot seusai disiram tidak membasahi lantai. Sebab, di bagian bawah kaki pot ini dibuatkan tempat tatakan piring cekung untuk menampung rembesan air.

“Selain itu, tak membutuhkan tenaga untuk memindahkan pot tanaman karena tak usah diangkat, cukup digeser saja, kalau ingin membersihkan,” kata Ny Marlina.

Ny Marlina membeli kaki pot dari temannya, Ny Sianiwati, perajin pemula bidang kaki pot dengan harga relatif murah. Dari ukuran kecil seharga Rp 10.000 per buah, menengah Rp 25.000 per buah, sampai Rp 50.000 per buah untuk kaki pot jangkung ukuran 100 cm.

KAKI pot buatan Ny Sianiwati, yang juga tinggal di daerah Cipaku, dibuat dengan bahan kawat sampai besi beton berukuran 10 milimeter. Aneka bentuk kaki pot dibuat sesuai selera konsumen. Kaki pot tersebut dilapisi bubuk plastik dengan warna hitam sehingga tahan karat. Kaki pot berwarna hitam yang banyak diproduksi sesuai dengan keinginan konsumen.

Aneka macam kaki pot banyak dijual penjual tanaman hias di Jakarta, Bogor, dan daerah lainnya. Harganya tergantung dari ukurannya dan kualitas produknya.

Pot berkaki dapat ditempatkan di mana saja, kapan saja anda suka, untuk memperindah ruangan atau teras rumah.

Meski demikian, diperlukan kejelian menata ruangan dengan pot tanaman hias yang berkaki. Pilih jenis tanaman hias dan pilih kaki pot yang sesuai. Untuk tanaman hias, belilah sebatas kemampuan untuk menghias ruangan taman atau teras. Tak perlu membeli tanaman hias yang mahal harganya. Sebab, tanaman hias yang murah harganya tetap memukau. Ia tak kalah menarik dan menawan dengan yang mahal harganya bila ditata dengan apik. Meski demikian, jangan asal memasang kaki pot. Sebab, kalau sembarangan memasang kaki pot, kenyamanan dan keindahannya tak akan bisa dinikmati. berikut ini mengenai ilmiah

Klasifikasi ilmiah

Klasifikasi ilmiah menunjuk ke bagaimana ahli biologi mengelompokkan dan mengkategorikan spesies dari organisme yang punah maupun yang hidup. Klasifikasi modern berakar pada sistem Carolus Linnaeus, yang mengelompokkan spesies menurut sifat fisik yang dimiliki bersama. Pengelompokan ini sudah direvisi sejak Linnaeus untuk menjaga konsistensi dengan asas sifat umum yang diturunkan dari Darwin.

Untuk mengenali dan mempelajari makhluk hidup secara keseluruhan tidak mudah sehingga dibuat klasifikasi (pengelompokan) makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup adalah suatu cara memilah dan mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu.

Tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah untuk mempermudah untuk mengenali, membandingkan, dan mempelajari makhluk hidup. Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan sifat atau ciri pada makhluk hidup.

Klasifikasi makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan. Contoh klasifikasi makhluk hidup adalah :

  • Berdasarkan ukuran tubuhnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi pohon, perdu, dan semak.
  • Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan yang hidup di lingkungan kering (xerofit), tumbuhan yang hidup di lingkungan air (hidrofit), dan tumbuhan yang hidup di lingkungan lembab (higrofit).
  • Berdasarkan manfaatnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi tanaman obat-obatan, tanaman sandang, tanaman hias, tanaman pangan dan sebagainya
  • Berdasarkan jenis makanannya. Contoh: Hewan dikelompokkan menjadi hewan pemakan daging (karnivora), hewan pemakan tumbuhan (herbivora), dan hewan pemakan hewan serta tumbuhan (omnivora).

Cara pengelompokan makhluk hidup seperti ini dianggap kurang sesuai yang disebabkan karena dalam pengelompokan makhluk hidup dengan cara demikian dibuat berdasarkan keinginan orang yang mengelompokkannya.

Daftar isi

1 Sistem Klasifikasi Empat Kingdom

Sistem Klasifikasi Empat Kingdom

Semula para ahli hanya mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kerajaan, yaitu kerajaan tumbuhan dan kerajaan hewan. Dasar para ahli mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kerajaan :

  1. Kenyataan bahwa kelompok tumbuhan memiliki dinding sel yang tersusun dari selulosa.
  2. Tumbuhan memiliki klorofil sehingga dapat membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis dan tidak dapat berpindah tempat dan hewan tidak memiliki dinding sel sementara hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri, dan umumnya dapat berpindah tempat.

Namun ada tumbuhan yang tidak dapat membuat makanannya sendiri, yaitu jamur (fungi). Berarti, tumbuhan berbeda dengan jamur maka para ahli taksonomi kemudian mengelompokkan makhluk hidup menjadi tiga kelompok, yaitu Plantae (tumbuhan), Fungi (jamur), dan Animalia (hewan).

Setelah para ahli mengetahui struktur sel (susunan sel) secara pasti, makhluk hidup dikelompokkan menjadi empat kerajaan, yaitu Prokariot, Fungi, Plantae, dan Animalia, Pengelompokan ini berdasarkan ada tidaknya membran inti sel. Sel yang memiliki membran inti disebut sel eukariotik, sel yang tidak memiliki membran inti disebut sel prokariotik

Pada tahun 1969 Robert H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi lima kingdom, yaitu Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Pengelompokan ini berdasarkan pada susunan sel, cara makhluk hidup memenuhi makanannya, dan tingkatan makhluk hidup.

Penjelasan Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup Empat Kingdom:

1. Kingdom Monera

Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Monera memiliki sel prokariotik. Kelompok ini terdiri dari bakteri dan ganggang hijau biru (Cyanobacteria)

2. Kingdom Protista

Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Protista rnemiliki sel eukariotik. Protista memiliki tubuh yang tersusun atas satu sel atau banyak sel tetapi tidak berdiferensiasi. Protista umumnya memiliki sifat antara hewan dan tumbuhan. Kelompok ini terdiri dari Protista menyerupai hewan (Protozoa) dan Protista menyerupai tumbuhan (ganggang), dan Protista menyerupai jamur.

3. Kingdom Fungi (jamur)

Fungi memiliki sel eukariotik. Fungi tak dapat membuat makanannya sendiri. Cara makannya bersifat heterotrof, yaitu menyerap zat organik dari lingkungannya sehingga hidupnya bersifat parasit dan saprofit. Kelompok ini terdiri dari semua jamur, kecuali jamur lendir (Myxomycota) dan jamur air (Oomycota).beberapa kelompok kelas antara lain: a. kelas Myxomycetes (jamur lendes) contoh nya physarum policephalius b. kelas Phycomycetes (jamur ganggang) contoh nya jamur tempe (Rhizopusorizae), mucor muedi.

4. Kingdom Plantae (tumbuhan)

Tumbuhan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya terdiri dari banyak sel yang telah berdiferensiasi membentuk jaringan. Tumbuhan memiliki kloroplas sehingga dapat membuat makanannya sendiri (bersifat autotrof). Kelompok ini terdiri dari tumbuhan lumut, tumbuhan paku, tumbuhan berbiji terbuka, dan tumbuhan berbiji tertutup.

5. Kingdom Animalia (hewan)

Hewan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya tersusun atas banyak sel .yang telah berdiferensiasi membentuk jaringan. Hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri sehingga bersifat heterotrof. Kelompok ini terdiri dari semua hewan, yaitu hewan tidak bertulang belakang (invertebrata) dan hewan bertulang belakang (vertebrata).

Pada tahun 1970-an seorang mikrobiologis bernama Carl Woese dan peneliti lain dari university of Illinois menemukan suatu kelompok bakteri yang memiliki ciri unik dan berbeda dari anggota kingdom Monera lainnya. Kelompok tersebut dinamakan Archaebacteria. Archaebacteria lebih mendekati makhluk hidup eukariot dibandingkan bakteri lain yang merupakan prokraiot. Hal itu menyebabkan terciptanya sistem klasifikasi 6 kingdom pemisah kingdom Archaebacteria dari anggota kingdom Monera lain yang kemudaian disebut Eubacteria.